Jessica Berbicara
EV dan Prospek Investasinya
Awal tahun 2022, kita dibombardir dengan kenaikan harga minyak yang luar biasa akibat demand constraint dan perang Rusia Ukraina. Saya ingat betul, reaksi masyarakat akibat kenaikan BBM begitu masif. Sampai-sampai saya ingat penyanyi Raisa sempat mengunggah pengalamannya ketika mengisi bensin yang membuatnya istighfar.
Raisa saja istighfar, apalagi saya! Sayangnya, kedua mobil yang ada di rumah saya merupakan mobil yang (sangat) terkenal cukup boros dalam minum bahan bakar, dan jenis BBM yang dipakai pun merupakan jenis BBM yang cukup membuat mengelus dada. Mengisi bensin sampai full dari kondisi yang belum habis sepenuhnya saja bisa membuat kami mengeluarkan hampir Rp 2.000.000 sekali isi.
Karena suami saya juga merupakan seorang penggemar mobil, salah satu opsi kami waktu itu adalah untuk mencari mobil listrik sebagai alternatif berkendara kami. Cukup banyak juga sih mobil listrik yang sudah beredar di Indonesia dari berbagai produsen, mulai dari Hyundai, Wuling, hingga Tesla.
Ratusan jam yang dipakai suami saya untuk melakukan research mobil listrik di Youtube akhirnya mengarahkan kami untuk memilih salah satu model Tesla untuk dicoba. Datanglah kami ke showroom Tesla yang berada di daerah Pluit. Setelah berbicara dengan salesnya, kami dipersilakan untuk mencoba salah satu model Tesla untuk test drive.
Kesan pertama saya ketika kami melakukan test drive mobilnya, wah! It was unlike any other car I had been in! Saya sampai kaget dengan mobilnya yang tarikannya sangat smooth. Untuk akselerasi mobil juga bisa dilakukan sangat cepat. First impression yang sangat baik!
Karena sudah terlanjur jatuh cinta dengan proposition mobil listrik dan ditambah juga dengan pengalaman test-drive yang baik, kami pun memutuskan untuk mengambil salah satu model Tesla. Ternyata, semua unitnya sudah sold-out dan inden berbulan-bulan! Bahkan yang ada di showroom pun, tidak bisa diambil. Animonya ternyata sangat-sangat tinggi. Baiklah, kami pikir. Karena memang sudah terlanjur suka, ya inden saja. Toh indennya hanya 4–5 bulan.
3 bulan berlalu, dan masuklah suatu pesan WhatsApp dari sales yang menangani pesanan mobil kami. Ternyata, ada shortage bahan baku dan produksi Tesla di seluruh dunia yang menyebabkan pesanan mobil kami harus ditunda kembali hingga awal 2023. Wah, pikir kami. Bisa-bisa harga BBM kembali turun sebelum kami mendapatkan mobil listriknya (yang mana memang akhirnya terjadi).
Kendaraan listrik ini memang merupakan alternatif yang menarik untuk dipertimbangkan masyarakat, dengan benefits yang cukup banyak pula apabila kita memutuskan untuk mengganti kendaraan sehari-hari kita dengan kendaraan listrik. Namun memang betul, ini bukanlah solusi untuk kemacetan maupun design mobilitas masyarakat yang kian ruwet dan ramai sehingga transportasi publik masih dibutuhkan. Namun sebagai pengguna mobil dengan bahan bakar fossil fuel, proposition dari mobil listrik menurut saya cukup menarik.
Namun, seperti yang saya alami, mampukah produsen mobil listrik dan materialnya mencukupi demand konsumen yang ingin berganti ke mobil listrik?
Salah satu partner Manajer Investasi kami, yaitu KISI Asset Management, berpendapat bahwa electric vehicles dan komponen produksinya bisa menjadi salah satu sektor yang bisa dilihat untuk investasi masa depan.
Andre Andika, Research Analyst dari KISI Asset Management, berpendapat, “Pihak kami cukup bullish dengan EV, terutama untuk EV roda dua karena harganya yang lebih terjangkau. Namun, kami juga mengkaji ada 2 resiko utama untuk perkembangan EV. Yang pertama, infrastruktur isi ulang yang belum memadai & strategis. Yang kedua, harga kendaraan yang jauh lebih mahal dibanding kendaraan berbasis BBM. Oleh karena itu, kami memandang adaptasi EV secara massal paling cepat terjadi di 2024 ke atas.”
“Bicara soal EV, salah satu bahan baku paling penting adalah nikel yang berperan penting sebagai alat penguat tenaga baterai listrik. Dalam pandangan kami, driver utama untuk nikel terletak di peningkatan volume permintaan, bukan di harga. Sebabnya, harga nikel yang terlalu tinggi kemungkinan akan memicu perkembangan bahan alternatif yang lebih murah. Tesis kami untuk naiknya volume permintaan terletak di 2 faktor yaitu pemulihan aktivitas ekonomi secara umum (peringanan Zero-COVID Policy di RRC, stabilisasi inflasi & suku bunga AS, dll) di jangka pendek, dan adanya penambahan permintaan untuk EV di jangka panjang.”
Beberapa proxy dari mobil listrik, manufaktur dan komponennya di Indonesia adalah penambang nikel dan produsen serta manufaktur suku cadangnya. Ada beberapa perusahaan di Indonesia yang sudah tercatat yang dapat menerima dampak positif dari adopsi kendaraan listrik yang lebih luas di Indonesia, seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA.IJ), PT Harum Energy Tbk (HRUM.IJ) dan (PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA.IJ). Ke depannya, apabila saham-saham tersebut menerima peningkatan pendapatan dari meluasnya adopsi kendaraan listrik, akan baik pula untuk reksa dana saham dan campuran yang memiliki investasi di saham tersebut dalam jangka waktu investasi yang lebih panjang.
Happy investing!
Lihat Blog Lainnya
Is Cash the King… or is it?
Sepanjang tahun 2022, porsi kas dalam portofolio yang dikelola oleh manajer investasi mencapai 14% dari total nilai aktiva bersih (NAB), lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya yang berkisar sebesar 9%. Secara sekilas, terdapat sekitar 5% tambahan dari total dana industri di reksa dana yang belum ‘dibelanjakan’ oleh manajer investasi. Terus, kenapa kas ini tiba-tiba membludak?
Baca SelengkapnyaMarket Research 9 Desember 2022: Global Challenge
Menjelang tahun politik, Presiden Jokowi menggencarkan investasi PMDN untuk meningkatkan kolaborasi antara investor besar dengan UMKM karena PMN diproyeksikan terhambat. Beberapa negara bagian juga telah menunjukkan ‘berita bagus’. Berikut merupakan market updates secara domestik dan global.
Baca Selengkapnya2022 Wrapped: What to expect in 2023?
Tidak terasa tahun 2022 akan segera berakhir dan tahun 2023 akan menjadi lembaran baru. Tanpa disadari, kita telah melewati berbagai peristiwa global, mulai dari invasi Rusia ke Ukraina, kenaikan suku bunga Fed yang tertinggi selama 2 dekade terakhir pada bulan Mei, hingga Eropa yang membutuhkan alternatif sumber energi.
Baca Selengkapnya