Waktu Adalah Uang
Time is money, rasanya seluruh manusia dari berbagai kalangan usia dan belahan dunia pernah mendengar ungkapan ini. Meskipun terkesan sederhana, namun ungkapan ini memiliki makna yang mendalam, yang mendorong kita sebagai manusia untuk memanfaatkan waktu yang kita miliki dengan sebaik-baiknya karena waktu tak akan bisa terulang kembali. Kelak bagi yang menghargai waktu, maka waktu juga akan menghargainya.
Bagi pelaku pasar, ungkapan time is money lebih sesuai dikaitkan dengan durasi investasi (investment horizon). Durasi investasi dapat mempengaruhi strategi investasi dan risiko yang diterima. Bagi investor dan trader, durasi investasi yang berbeda mencerminkan ekspektasi imbal hasil dan risiko yang diterima. Secara sederhananya, investor melakukan pembelian aset yang akan dipegang dalam jangka waktu panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga serta dividen. Di sisi lain, trader memanfaatkan momentum jangka pendek untuk melakukan jual-beli yang lebih cepat dan untuk mendapatkan banyak keuntungan dari fluktuasi harga aset. Keduanya sama-sama dianut oleh pelaku pasar dan banyak yang mendapatkan keuntungan fantastis dalam menekuni strateginya masing-masing. Apabila difokuskan pada aspek durasi investasi, kajian risikonya bisa berbeda.
Semakin kecil durasi investasi, semakin besar risikonya karena fluktuasi jangka pendek lebih tinggi dan volatilitas lebih sering terjadi. Sehingga, durasi investasi yang lebih panjang cenderung lebih baik apabila difokuskan untuk kenaikan nilai dengan stabil dan meminimalisir risiko, namun membutuhkan waktu yang lama hingga bertahun-tahun. Terlebih lagi, durasi investasi yang berbeda juga dapat memberikan pengaruh yang berbeda dari segi behavioral finance, karena investor yang lebih berfokus dalam jangka panjang tidak terlalu terpengaruh untuk mengambil keputusan dadakan dan emosional akibat volatilitas jangka pendek.
Kondisi aset saat ini dapat dikatakan cukup volatil, terutama sebagai efek lanjutan dari kejatuhan SVB (Silicon Valley Bank), Signature Bank, dan First Republic Bank. Wajar apabila masyarakat/nasabah khawatir dan kepercayaan terhadap perbankan AS menurun. Pelaku pasar pun mulai merasa bahwa ini menjadi permulaan dari krisis, seperti yang pernah terjadi di tahun 2007–2008. Terlebih lagi, kondisi perekonomian global masih belum stabil: beberapa negara masih menghadapi inflasi yang tinggi; kenaikan dan tingkat suku bunga ke level yang tinggi; perlambatan ekonomi dan potensi resesi atau stagflasi. Sehingga, pergerakan aset berisiko seperti saham, obligasi, dan reksa dana mengalami penurunan nilai dan volatilitasnya masih relatif tinggi.
Bagi traders, volatilitas ini menjadi risiko ekstra yang harus diperhatikan karena fluktuasi harga sangat sulit untuk diprediksi dan banyak faktor/sentimen yang mempengaruhi. Namun, bagi investor, volatilitas ini hanya bersifat jangka pendek dan fokusnya tetap jangka panjang. Terlebih lagi, pelaku pasar umumnya bersifat sangat sensitif, reaktif, dan cepat tanggap atas suatu informasi, sehingga volatilitas pun semakin tinggi. Uniknya, holding period (spesifiknya di AS) pelaku pasar semakin rendah, dari yang umumnya selama bertahun-tahun sekarang menjadi hitungan bulan. Ini juga berkat semakin banyaknya pelaku pasar, terutama investor individual yang dapat melakukan transaksi jual-beli yang jauh lebih mudah berkat perkembangan teknologi.
You just have to be willing to wait long enough for your time horizon to work in your favor. Sehingga, waktu tidak hanya menjadi uang bagi investor, namun juga menjadi sahabat.
Disclaimer: Analisis dan informasi yang terkandung dalam artikel ini mengandung opini yang bersifat subjektif. Keputusan dan hasil dari investasi merupakan risiko dan tanggung jawab dari masing-masing investor.
Lihat Blog Lainnya
Market Research 20 Maret 2023: Unchanged Rate
Jumlah PHK yang terjadi selama bulan Januari-Februari 2023 menyentuh level tertinggi sejak tahun 2009, dengan sepertiga dari jumlah PHK tersebut berasal dari sektor teknologi. PHK ini disambut positif oleh investor sebagai langkah efisiensi biaya. Dengan potensi kenaikan suku bunga lanjutan, maka jumlah PHK juga dapat meningkat lebih lanjut. Pemerintah diharapkan dapat menemukan solusi dalam menghadapi gelombang PHK. Berikut merupakan market updates secara domestik dan global:
Baca SelengkapnyaEfek Keruntuhan Silicon Valley Bank
Pasar global baru saja dikejutkan dengan berita mengenai kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB), salah satu perbankan yang cukup besar di AS dan telah berusia 40 tahun. Hanya dalam kurun waktu kurang dari 48 jam, nasabah melakukan penarikan dana besar-besaran yang menyebabkan SVB bangkrut. Para pelaku pasar pun melihat dan membandingkan kebangkrutan SVB dengan Lehman Brothers di tahun 2007–2008, melihat peristiwa tersebut sebagai permulaan dari krisis yang baru.
Baca SelengkapnyaMarket Research 13 Maret 2023: New Terminal Rate
IMF untuk sementara menaikkan batas maksimal pendanaan bagi negara anggota yang terlilit utang dan sulit untuk menghimpun penerimaan. Pada pertemuan Menteri Keuangan G20, isu penanganan utang yang menjadi salah satu pokok pembahasan terpinggirkan oleh isu lainnya, yaitu memanasnya hubungan AS-China. Disisi lain, arah perekonomian China menjadi perhatian bagi seluruh negara lainnya. Menurut IMF, pertumbuhan 1 persen poin dari perekonomian China mendorong pertumbuhan 0,3 persen poin di negara lain. Bagi Indonesia sebagai mitra dagang China, ekspor Indonesia dapat mengalami kenaikan. Berikut merupakan market updates secara domestik dan global:
Baca Selengkapnya