Suku Bunga BI dan The Fed Turun, Obligasi dan Saham Melanjutkan Pestanya
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada hari Selasa, 17 September-Rabu, 18 September 2024 mengumumkan penurunan suku bunga (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,00%, suku bunga Deposit Facility menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75%. Sedangkan suku bunga Amerika Serikat (AS) juga diumumkan turun oleh bank sentral The Fed sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75%-5,00%. Penurunan kedua suku bunga ini sudah diprediksi dikarenakan kondisi inflasi Indonesia dan AS yang rendah pada bulan Agustus. Indonesia sebelumnya mencatatkan inflasi sebesar 2,12% dan mengalami deflasi 4 bulan beruntun, serta kontraksi Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur selama 2 bulan beruntun. Sedangkan AS mencatatkan inflasi sebesar 2,50%, mendekati target inflasi 2%.
Dengan penurunan suku bunga The Fed yang lebih besar (50 bps) dibandingkan BI (25 bps), Indonesia berpotensi terus mendapatkan aliran dana masuk ke pasar obligasi dan saham. Pada penutupan hari Kamis, 19 September 2024 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan hingga level 7.910 dan ditutup pada level 7.905, kembali memecahkan rekor all time high (ATH). Begitu juga yield obligasi Indonesia 10 tahun yang terkoreksi hingga 6,482% dan berada di level terendah 1 tahun terakhir. Sedangkan kurs rupiah terhadap dolar AS (USD/IDR) juga terus menguat hingga level terendahnya di Rp 15.230. Dari sini terlihat bahwa pasar Indonesia mendapatkan dampak positif atas penurunan suku bunga The Fed.
Potensi Pasar ke Depan
Penurunan suku bunga berdampak positif pada obligasi dan saham karena kedua instrumen tersebut memberikan potensi return yang lebih menarik dibandingan bunga bank atau deposito yang umumnya akan turun saat bank sentral menurunkan suku bunga. Untuk obligasi, bisa melihat pada yield obligasi Indonesia 10 tahun. Saat ini yield berada di area 6,5% setelah sebelumnya sempat berada di atas 7% dengan target penurunan berikutnya di area 6%. Dan target jangka panjang penurunan yield obligasi adalah mencapai 5,5%.
Sedangkan IHSG saat ini mendekati area resistance di 8.000 dan juga merupakan angka psikologis. Jika tidak berhasil menembus 8.000, dapat berpotensi terkoreksi terlebih dahulu hingga level 7.700-7.600 dan di sini dapat dijadikan area pembelian. Sedangkan apabila IHSG berhasil menembus di atas 8.000, tetap perlu hati-hati karena bisa saja terjadi false breakout atau kenaikan melewati area tersebut hanya sementara (beberapa hari) dan berikutnya terkoreksi cukup dalam. Tetapi, jika IHSG bisa bertahan di atas 8.000, target jangka panjang bursa saham Indonesia adalah mencapai level 10.000.
Target yield obligasi dan bursa saham berpotensi tercapai dikarenakan suku bunga BI dan The Fed baru turun 1x. Masih ada ruang dalam 1-2 tahun ke depan untuk terus menurunkan suku bunganya. Dan dalam perjalanan penurunan suku bunga ini akan memberikan dampak positif pada obligasi dan saham. Walaupun tentunya hal ini juga perlu dukungan dari perkembangan ekonomi dalam negeri yang diharapkan bisa terus meningkat. Kombinasi penurunan suku bunga dan kondisi perekonomian yang meningkat dapat membuat target jangka panjang yield obligasi 10 tahun dan IHSG tercapai.
Reksa Dana Pilihan di saat Suku Bunga Turun
Reksa dana pendapatan tetap, campuran, dan saham menjadi jauh lebih menarik untuk mendapatkan return yang maksimal dibandingkan reksa dana pasar uang di saat suku bunga turun. Berikut adalah beberapa reksa dana yang bisa menjadi pilihan.
Reksa dana pendapatan tetap:
Reksa dana campuran:
Reksa dana saham: *NAB per 19 September 2024
Yuk investasi reksa dana di SayaKaya!
Disclaimer: Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa yang akan datang. Investasi reksa dana mengandung risiko, calon pemodal/pemodal wajib mempelajari prospektus sebelum berinvestasi reksa dana. Dalam melakukan transaksi jual dan beli reksa dana, calon pemodal/pemodal diharapkan memperhatikan profil risiko, kondisi keuangan serta tujuan investasi dari masing-masing calon pemodal/pemodal.
Lihat Blog Lainnya
IHSG Tembus 7.800, Bagaimana Kinerja Bulan September?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali berhasil mencetak rekor all time high (ATH). Terbaru, per hari Rabu, 18 September 2024 IHSG sempat mencatatkan kenaikan hingga level 7.879 yang merupakan nilai tertinggi sepanjang masa, walaupun berakhir dengan ditutup turun ke 7.829. IHSG juga telah meningkat sebesar 2,07% sejak awal bulan.
Baca SelengkapnyaWeekly Newsletter 18 September 2024: IHSG Belum Berhenti Cetak Rekor, Inflasi Amerika Serikat Terkendali
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum berhenti mencetak rekor all time high (ATH) setelah minggu sebelumnya juga memecahkan rekor dengan mencatatkan kenaikan tertinggi pada level 7.754. Terbaru, IHSG mencetak rekor ATH pada level 7.833 hari Kamis, 12 September 2024 dan ditutup pada level 7.812 hari Jumat, 13 September 2024. IHSG menguat 1,18% dalam seminggu, lebih tinggi dari kenaikan seminggu sebelumnya. Yield obligasi Indonesia 10 tahun juga masih melanjutkan koreksinya dalam seminggu terakhir menjadi 6,561%. Sedangkan Rupiah sempat melemah pada awal minggu mendekati Rp15.500 terhadap dolar Amerika Serikat (AS), tetapi bisa kembali menguat walaupun pada penutupan akhir Jumat nilai dolar AS lebih tinggi dibandingkan minggu sebelumnya. Tercatat kurs Rupiah berada pada level Rp15.395, melemah 0,22%.
Baca SelengkapnyaBonus 15Ribu Untuk Investasi Pertama!
Hai, Teman Yamin! Yamin punya bonus spesial buat kamu yang masih ragu untuk mulai investasi. Manfaatkan promo eksklusif ini dan jadikan investasi pertamamu lebih cuan! 💸✨ Yuk, mulai sekarang!" 🤗
Baca Selengkapnya