To The Moon?

27 Mei 2021 Ditulis oleh Jessica Wijaya
Featured

Jan­ji “to the moon” ini man­is sekali. Sia­pa sih yang tidak mau ke bulan? 


Kalau mau mem­om­pa seman­gat orang di sek­i­tar kita untuk beli saham atau krip­to atau apapun, tidak lagi per­lu banyak argu­men. Kena­pa mesti beli saham yang ini atau krip­to yang itu, logikanya apa? Cukup dijawab “to the moon”, lang­sung seman­gat hajar kanan (haka) tim­bul. Seo­lah “to the moon” ini kode untuk cepat tajir yang harus diter­i­ma den­gan keimanan penuh. 


Hanya saja saya lagi berpikir. Kalau saja kita hidup di era sebelum Neil Arm­strong 1969, isti­lah “to the moon” tidak mungkin bisa dipakai. Seandainya manu­sia belum berhasil ke bulan sam­pai hari ini, mungkin isti­lah yang akan lebih banyak dipakai untuk mem­bakar seman­gat haka adalah “to the South Pole” atau Kutub Sela­tan, untuk mem­ban­gun ima­ji­nasi har­ga fan­tasi aset. 


Soal per­jalanan ke Kutub Sela­tan itu sendiri, bisa dibi­lang meru­pakan sebuah ben­tuk pen­ca­pa­ian berse­jarah bagi umat manu­sia. Kali per­ta­ma manu­sia berhasil men­ca­pai Kutub Sela­tan adalah di tang­gal 14 Desem­ber 1911. Di hari itu, tim Nor­we­gia di bawah kepemimp­inan Roald Amund­sen suk­ses men­ca­pai Kutub Sela­tan, 34 hari lebih cepat dari­pa­da tim pesaingnya dari Ing­gris di bawah kepemimp­inan Robert Fal­con Scott. 


Tim Amund­sen men­cip­takan rekor dan meraih kejayaan sedan­gkan tim Scott san­gat ter­pukul kare­na ada tim lain yang men­ca­pai Kutub Sela­tan kurang lebih sebu­lan sebelum mere­ka tiba. Sak­ing ter­pukul­nya, tim Scott kehi­lan­gan seman­gat hidup, kecapekan, dan harus mening­gal kare­na frost­bite


Beber­a­pa anggota tim Scott sem­pat menulis surat cin­ta ter­akhir untuk orang-orang yang mere­ka cin­tai. Sebuah kisah yang mengharukan. 


Di salah satu buku favorit saya Great By Choice karya Jim Collins, ada pem­ba­hasan yang menarik ten­tang kesamaan dan perbe­daan pen­gala­man, gaya man­a­je­men, dan kepemimp­inan antara Amund­sen dan Scott.


Apa saja per­samaan­nya? Ked­u­anya ham­pir seu­sia, Amund­sen 39 dan Scott 43. Dari segi pen­gala­man juga beda tip­is-tip­is, sama-sama senior. Momen dim­u­lainya eks­pe­disi juga ham­pir bersamaan, hanya beda beber­a­pa hari. Sayang end­ing-nya amat berbe­da. Amund­sen memimpin tim­nya ke kejayaan, sedan­gkan Scott mem­bawa tim­nya ke bencana.


Dimana letak perbedaanya? 


Di usia akhir 20-an, Amund­sen men­em­puh per­jalanan 3.200 km dari Nor­we­gia ke Spany­ol den­gan gowes! Per­si­a­pan fisiknya sudah spar­tan sejak usia muda. 


Amund­sen juga bereksper­i­men makan ikan lum­ba-lum­ba men­tah untuk men­gu­ji efek­tiv­i­tas­nya seba­gai sum­ber energi. 


Selain itu, ia juga bela­jar hidup di antara orang Eski­mo dan melakukan obser­vasi cara hidup mere­ka. Kalau dipikir, apa yang lebih efek­tif dari­pa­da bela­jar dari kaum yang pun­ya jam ter­bang ratu­san tahun hidup di cua­ca ekstrem di kutub?


Dari kaum Eski­mo, Amund­sen men­gadop­si untuk mem­per­lam­bat ger­ak-geriknya dan pakai baju yang lebih long­gar, demi menghin­dari pro­duk­si keringat berlebih dan mem­beri akses pada keringat untuk men­guap. Kare­na di suhu udara di bawah nol, buti­ran keringat bisa men­ja­di es! 


Juga dari kaum Eski­mo, Amund­sen bela­jar men­gan­dalkan pasukan anjing untuk menarik bekal logis­tik, kare­na anjing tidak berkeringat. 


Filosofi Amund­sen seder­hana saja. Jan­gan menung­gu sam­pai badai tiba baru sadar akan pent­ingnya keku­atan dan daya tahan. Jan­gan sam­pai menung­gu situ­asi ter­jepit, baru mau cari tahu soal apa yang boleh dan baik dimakan. Selalu bersi­a­ga den­gan inten­si­tas, seti­ap saat, sehing­ga keti­ka kon­disi berba­lik, akan ada keku­atan yang bisa mem­ban­tu bertahan. 


Semen­tara itu, inten­si­tas dan metode per­si­a­pan Scott jauh lebih san­tai dan main­stream. Kuda poni yang dipakai tim Scott terny­a­ta berk­eringat, yang akhirnya men­ja­di es, dan san­gat tidak efek­tif di cua­ca kutub. Motor yang dipakai Scott babak belur hanya sete­lah beber­a­pa hari dipakai di cua­ca ekstrem. Akhirnya Scott men­gan­dalkan tena­ga manu­sia dari tim­nya untuk menarik per­bekalan. Ten­tun­ya san­gat men­guras tenaga. 


Secara per­bekalan, Amund­sen juga selalu bersi­ap untuk ske­nario yang ter­bu­ruk. Bekal logis­tik yang disi­ap­kan tiga ton untuk 5 anggota tim Amund­sen, diband­ingkan satu ton bekal untuk 17 orang di tim Scott. Selain itu, tim Scott mem­bawa  satu ter­mome­ter saja (yang akhirnya rusak di per­jalanan), sedang tim Amund­sen mem­bawa empat termometer. 


Mem­in­jam bahasa inves­tasi, mar­gin of safe­ty tim Scott begi­tu tip­is. Semuanya harus dalam kon­disi sesuai per­hi­tun­gan di atas ker­tas bagi tim Scott untuk bisa men­ca­pai Kutub Sela­tan dan kem­bali den­gan selamat. 


Tang­gal 15 Desem­ber 1911, tim Amund­sen menan­cap­kan ben­dera Nor­we­gia di Kutub Sela­tan dan kem­bali ke home base dalam keadaan baik tang­gal 25 Jan­u­ari 1912. 


Semen­tara itu, tim Scott tiba di Kutub Sela­tan tang­gal 17 Jan­u­ari 1912 , atau lebih dari sebu­lan sete­lah tim Amund­sen. Mere­ka menelan keke­ce­waan yang men­dalam saat menat­ap ben­dera Nor­we­gia telah ada di sana. Sete­lah kehabisan suplai dan di ten­gah depre­si luar biasa, tim Scott dite­mukan dalam keadaan mem­beku dela­pan bulan kemu­di­an, iro­nis­nya hanya ber­jarak 16 km dari depot logis­tik mereka. 


Kisah Amund­sen dan Scott ini layak men­ja­di peringatan ten­tang pent­ingnya mar­gin of safe­ty, dalam kon­teks inves­tasi. Saya jadi teringat Jesse Liv­er­more, leg­en­da pasar saham di awal abad 20, yang kisah­nya dia­badikan di buku wajib investor dan trad­er saham: Rem­i­nis­cence of Stock Oper­a­tors


Bahkan den­gan skill-nya yang leg­en­daris, Liv­er­more per­nah bilang: “Don’t give me tim­ing, give me TIME”. Seo­rang Liv­er­more akhirnya sam­pai pada kes­im­pu­lan bah­wa yang pent­ing adalah wak­tu (time), bukan tim­ing. Kare­na kalau wak­tu di pihak kita, cua­ca di pasar saham yang sedang tidak kon­dusif bisa kita lalui den­gan baik. Sedan­gkan kalau kita ter­lalu agre­sif den­gan memakai mar­gin secara agre­sif, wak­tu tidak akan berpi­hak pada kita. Kesala­han per­hi­tun­gan yang kecil pun bisa berak­i­bat fatal.


Per­lu diin­gat bah­wa saham-saham hebat seper­ti May­o­ra, yang naik 170x lipat sejak tahun 2000 pun per­nah beber­a­pa kali men­gala­mi penu­runan yang tajam. Dalam arti korek­si 30 hing­ga 58%. 


Demikian juga di luar Indone­sia. Ama­zon, mis­al­nya, yang naik lebih dari 2.000x lipat sejak IPO di tahun 1997 juga per­nah beber­a­pa kali men­gala­mi penu­runan dalam skala yang masif, antara 56 hing­ga 94%. 


Kisah suk­ses Bit­coin juga sama. Kenaikan nilainya yang spek­takuler sejak pelun­cu­ran­nya di tahun 2009 juga tidak luput diwar­nai oleh penu­runan 50-an % sebanyak 3x, penu­runan di atas 80% sebanyak 2x, dan bahkan juga per­nah turun lebih dari 90%. 


Diver­si­fikasi porto­fo­lio san­gat pent­ing kalau kita ingin bisa berta­han memegang saham atau aset favorit kita mele­wati badai. 


Bayangkan kalau porto­fo­lio kita isinya 100% Bit­coin ataupun Ama­zon, dan sedang men­gala­mi penu­runan di skala 90-an persen. Kemu­ngk­i­nan besar kita akan panik, ribut den­gan pasan­gan kita, meny­er­ah, dan kehi­lan­gan kesem­patan luar biasa untuk menikmati apre­si­asi yang maha dahsyat? 


Apala­gi kalau kita meng­gu­nakan banyak mar­gin dan lever­age dalam berinvestasi...gara-gara bisikan halus “to the moon” dari orang lain. Naf­su FOMO men­gua­sai, akal sehat kita kesamp­ingkan, dan sedik­it korek­si saja akan memak­sa kita untuk bertekuk lutut.


Lain kali kalau ada yang bilang “to the moon”, saya akan mengin­gatkan diri sendiri “to the South Pole”. Biar ingat kisah Amund­sen dan Scott.


Lihat Blog Lainnya

thumbnail
CEO Insight 15 Mei 2021

Telur-Telur yang Pecah Di Dalam Satu Keranjang

“Porto­fo­lio gue cuan 200% dalam 3 bulan!”

Baca Selengkapnya
thumbnail
CEO Insight 11 Mei 2021

Sekte Gowes

Akhirnya saya bergabung ke sek­te yang lagi kekin­ian banget, sek­te gowes.

Baca Selengkapnya
thumbnail
CEO Insight 28 April 2021

Womansipasi

Masih dalam seman­gat hari Kar­ti­ni di bulan April, kita mem­peringati kisah pahlawan perem­puan yang mem­per­juangkan kema­juan gen­dernya, R.A. Kar­ti­ni. Seti­ap berbicara men­ge­nai hal ini, saya bisa san­gat pas­sion­ate, kare­na ger­akan female empow­er­ment san­gat pent­ing untuk mema­jukan kual­i­tas hidup para perem­puan dan pada akhirnya berdampak pada gen­erasi penerus yang dibesarkan oleh perempuan.

Baca Selengkapnya

Aplikasi SayaKaya:
Mudah, Cepat, dan Terkurasi!

Semua orang kini bisa berinvestasi Reksa Dana dengan mudah hanya lewat satu aplikasi saja. Download sekarang!

HFM - Unverified - Shadow HFM - Verified - Shadow HFM - Unverified HFM - Verified stars
Sayakaya Logo Copyright ©2024 Landing Page
Download Aplikasi
PT SAYAKAYA LAHIR BATIN
location Sahid Sudirman Centre lt 12
Jl. Jend. Sudirman No.Kav. 13-15, Jakarta 10220
phone +6212527989
email hi@sayakaya.id
SayaKaya adalah aplikasi investasi reksa dana yang berlaku sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) dengan produk reksa dana dan manajer investasi pilihan yang telah terkurasi. Dikelola dan dikembangkan oleh PT Sayakaya Lahir Batin yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan dengan nomor registrasi KEP-17/PM.21/2021.

Investasi reksa dana mengandung risiko. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa datang. Calon pemodal/pemodal wajib mempelajari prospektus sebelum berinvestasi reksa dana. Dalam melakukan transaksi jual dan beli reksa dana, calon pemodal/pemodal diharapkan memperhatikan profil risiko, kondisi keuangan serta tujuan investasi dari masing-masing calon pemodal/pemodal.