Layangan Boleh Putus, Tapi...
Belakangan ini media sosial heboh sekali dengan screenshot, meme, dan review dari web series yang sedang hot, Layangan Putus. Disadur dari novel terkenal garapan Mommy ASF, serial ini sukses membuat banyak istri insecure, banyak suami kena getahnya, dan para muda mudi yang belum menikah mempertimbangkan ulang pilihan jodoh mereka nantinya.
Karena penasaran (padahal belum pernah baca novelnya atau nonton serialnya), saya mencari-cari sosok penulis dan jalan cerita hidup beliau ketika mengalami tragedi tersebut. Dan realitanya, kehidupan Mommy ASF ketika ditinggalkan oleh mantan suaminya itu lebih sedih dari apa yang (katanya) ditampilkan dalam TV.
Kondisi finansial tidak baik, kesulitan membayar kontrakan, tidak mendapatkan support finansial dari mantan suaminya untuk keempat anaknya, dan tetap harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Saya sangat bersimpatik pada perjuangannya.
Sebagai perempuan, saya sangat merasa bahwa norma standar Indonesia itu memang double standard, khususnya untuk perempuan. Sebaiknya tunduk pada suami, sebaiknya diam di rumah mengurus anak. Jika punya karir, usahakan karir kamu tidak sebaik karir suami kamu. Jika karir kamu baik, anak-anak kamu harus “jadi”. Jika kamu wanita karir, kamu tetap sebaiknya pulang ke rumah sebelum suami kamu pulang. Sebaiknya di kantor jangan tunjukkan emosi, kalau kamu emosional kamu dianggap sebagai perempuan emosional dan kalau kamu tegas, kamu dianggap menyebalkan. We just can’t win!
Sosok Mommy ASF sendiri pada realitanya berprofesi sebagai dokter hewan. Berpendidikan, itu pasti. Dan tidak lupa juga, mampu mengurus keempat anaknya sambil membangun karir. Ada yang berpendapat, suaminya meninggalkan dia karena menjadi perempuan yang terlalu mandiri. Padahal, seharusnya ego laki-laki tidak serapuh itu sampai takut pada kemandirian dan kesuksesan istrinya.
Yes ladies, layangan boleh putus. Namun hidup kamu tetap harus bisa berjalan.
Suka atau tidak, money talks. Alasan kenapa begitu banyak istri yang terpaksa tunduk terhadap suaminya dalam kondisi apapun adalah, karena suami merupakan breadwinner utama dan pemegang kontrol penuh dalam kondisi finansial keluarga. Istri tidak diperbolehkan untuk berkarir dan mencari uang sendiri, sehingga tidak bisa menjadi pribadi yang merdeka. Menurut saya, jika seorang istri tidak diperbolehkan oleh suaminya untuk bekerja, sang suami idealnya bisa mencukupi kebutuhan istri, termasuk kebutuhan istri untuk mengumpulkan uang dan berinvestasi secara personal.
Para wanita juga harus menyadari penuh hal ini, dan belajar untuk meminta apa yang menjadi hak mereka. Risiko dalam pernikahan itu banyak, bukan hanya suami yang potentially bisa selingkuh dan meninggalkan keluarga tanpa ada pertanggungjawaban, namun juga risiko PHK, terkena musibah penyakit, kecelakaan, hingga meninggal. Saya melihat begitu banyak istri yang seolah kehilangan arah ketika ditinggalkan secara mendadak oleh suaminya; tidak mampu memutuskan arah investasi, apa yang harus dilakukan untuk menjaga pemasukan rutin yang tetap untuk keluarga, tidak mandiri secara finansial, dan sebagainya.
Layangan boleh putus, hidup kamu jangan.
Karena itu, saya selalu merasa bahwa salah satu jalan untuk kemerdekaan wanita secara pribadi adalah ketika mereka bisa memberdayakan diri mereka sendiri secara finansial. Ya, pasti ujung-ujungnya duit. Wanita jangan abai terhadap kondisi keuangan personal dan keluarga. Jika tidak boleh bekerja, maka mintalah porsi pendapatan suami sebagai pemasukan bagi dirimu sendiri! Yes, kamu mengurus rumah, kamu mengurus anak, 24 jam pekerjaan yang kamu lakukan di rumah. Kita boleh bilang bahwa ini adalah bentuk pengabdian kamu sebagai istri dan ibu, tapi jika ada kejadian yang tidak kamu perkirakan sebelumnya memutus pendapatan keluarga dan kamu tidak bisa apa-apa, sebaik-baiknya seorang istri dan/atau Ibu adalah seorang yang sudah bersiap sebelumnya.
Kamu bisa memulai usaha dari rumah, dan bisa juga mulai berinvestasi dengan uang yang diberikan oleh suami kamu. Jika kamu bekerja, sisakan sebagian besar pendapatan kamu untuk diinvestasikan untuk masa depan. Alangkah indahnya jika kamu sebagai seorang ibu dapat meninggalkan legacy atau warisan kepada anak-anakmu juga nantinya.
Ingat, para wanita. Perjuangan itu tidak ada yang diberikan secara sukarela. Jika kita mau mengubah nasib kita, kita harus berani untuk memecahkan langit-langit kaca yang membatasi gerak kita sebagai manusia. Create your own destiny! Jangan sampai layangan putus, menghentikan jalan hidup bahagia kita.
Lihat Blog Lainnya
New Year, New Habit
Tahun baru, resolusi baru! Setiap awal tahun baru, agenda dan notes kita penuh dengan resolusi baru yang ditulis berulang kali namun biasa kita (saya) lupakan di pertengahan tahun.
Baca SelengkapnyaMoves Like Jagger
Dalam satu weekend di Amerika Serikat, saya sempatkan nonton dua konser. Jumat malam dan minggu malam. Norak abis memang.
Baca SelengkapnyaKisah Dua Sahabat
Berkat persistensi istri, akhirnya saya sempatkan nonton satu lagi K‑drama. Squid Game. Jujur, saya harus mengakui bahwa walaupun very dark dan twisted, Squid Game memang amat memikat. Kombinasi momen-momen yang aneh (kebanyakan in a good way), yang menegangkan, dan yang mengaduk-aduk perasaan, memaksa saya untuk berkontemplasi. Soal kehidupan.
Baca Selengkapnya