Moves Like Jagger
Dalam satu weekend di Amerika Serikat, saya sempatkan nonton dua konser. Jumat malam dan minggu malam. Norak abis memang.
Mungkin karena sejak Covid kita belum bisa menikmati konser musik lagi. Begitu sampai di Amerika, nuansa kebebasan dan hidup berdampingan dengan Covid terasa begitu menggoda. Kali ini, saya tulis dulu pengalaman seputar nonton konser Jumat malam lalu.
Konser pertama yang saya tonton adalah The Rolling Stones. Nonton Rolling Stones sudah menjadi impian sejak dulu. Syukur bisa terealisasi sekarang. Semacam bucket list. Tapi harapan itu memudar dengan usia personilnya yang makin senja. Jadi begitu kesempatan itu ada, acara lain saya minggirkan dulu.
SoFi Stadium yang amat megah
Tempat acaranya juga spesial. Di SoFi stadium yang dibangun dengan budget USD 5.5 miliar dan berkapasitas 70.000 penonton, bisa diekspansi ke 100.000 penonton. Stadium ini juga menjadi home baru LA Rams dan LA Chargers. Super Bowl LVI 2022 juga rencananya diadakan di stadium ini.
Tapi saya mencoba me-manage ekspektasi. Combo security setelah 911 plus prosedur Covid mungkin akan membuat konser lebih sulit untuk dinikmati.
Lagian, ini mustinya bukan zaman keemasan The Rolling Stones. Usia Mick Jagger sudah hampir 80 tahun. Dan pengunjungnya… jangan harap anak-anak muda bakal tertarik nonton konser ini. Begitu pikir saya.
Ada satu line di film Almost Famous, yang ber-setting tahun 1973, di mana manager band Stillwater, diperankan oleh Jimmy Fallon, bilang “kalau kamu pikir Mick Jagger bakalan masih tetap jadi rock star di usia 50 tahun, kamu dengan amat sangat menyedihkan… salah besar”.
Ternyata dugaan saya salah. Dan kali ini saya berbahagia dengan kesalahan saya.
Fast forward, di tahun 2021, di usia 78 tahun Mick Jagger masih seorang rock star. Dan yang lebih dahsyat lagi, ternyata fans yang hadir malam itu dari segala rentang usia.
Juga sebagai bukti bahwa the Stones masih punya raving fans, antrean beli merchandise the Stones terlihat sangat panjang. Di dalam dan di luar SoFi stadium.
Juga konser ini masih sangat bisa dinikmati, dengan prosedur Covid lumayan ketat sekalipun. Karena The Stones mampu menghipnotis 70.000-an fansnya malam itu.
Padahal mereka baru saja kehilangan drummer mereka, Charlie Watts. Show ini juga merupakan tribute buat Charlie Watts. Posisi drummer diisi dengan begitu baik oleh Steve Jordan. Hari itu, fans The Stones jatuh cinta pada Steve Jordan.
Jagger bercerita bagaimana ia dan Keith pertama kali berjumpa di Dartford Station di tahun 1961. Hubungan yang telah terjalin selama 60 tahun dan masih going strong.
Dibuka dengan Street Fighting Man dan ditutup dengan Jumpin’ Jack Flash, Mick Jagger, Ronnie Wood, dan Keith Richards masih begitu segar di usia akhir 70-an dan masih mampu “Moves Like Jagger”. Kejutan besar buat saya, dan buat banyak orang malam hari itu.
Mick Jagger dan The Stones menghipnotis penonton dengan performanya.
Energi The Rolling Stones begitu dapat saya rasakan malam itu. Usia bukan sebuah hal yang dapat menghambat The Stones tetap dapat mengukuhkan diri sebagai raja musik Rock and Roll. Setelah beberapa dekade, mereka masih tetap sanggup untuk membangun koneksi ke fanbase mereka.
Tahun depan, The Rolling Stones yang dibentuk tahun 1962 akan merayakan ulang tahun ke-60. Satu hal untuk bikin grup musik, namun hal yang lain untuk bisa bertahan 60 tahun. Star ataupun bukan.
The Stones tetap mampu mempertahankan aroma rebellious. Kok bisa ada rebel berusia hampir 80 tahun? Bagaimana bisa menjaga kondisi tubuh untuk tetap optimum berkarya di usia yang bagi banyak orang harus berjuang dengan banyak masalah kesehatan dan eksistensi diri.
Seperti terlihat dari fans lintas generasi dan antrean panjang untuk merchandise-nya, The Rolling Stones telah bermetamorfosa menjadi sebuah brand. Bahkan bisa dibilang cult brand. Dan sangat konsisten menjaga brand mereka.
Banyak yang bisa dipetik dari kisah The Rolling Stones, baik sebagai investor atau orang bisnis. Kemampuan membangun sebuah brand, menjaga kekompakan, kemampuan dan kesediaan untuk reinvent diri kita, dan promosi cerdas adalah kunci sukses The Stones.
Tentunya yang paling penting adalah upaya menjaga kesehatan. Karena kesehatan adalah aset terbaik kita. Dan sebagai investor, kesehatan dan tambahan usia memungkinkan kesempatan tidak hanya untuk compounding wealth, tapi juga berbagi dengan sesama. Dan untuk bisa Moves Like Jagger. Lagu “Start Me Up” oleh The Rolling Stones
Lagu “Start Me Up” oleh The Rolling Stones
Lihat Blog Lainnya
Kisah Dua Sahabat
Berkat persistensi istri, akhirnya saya sempatkan nonton satu lagi K‑drama. Squid Game. Jujur, saya harus mengakui bahwa walaupun very dark dan twisted, Squid Game memang amat memikat. Kombinasi momen-momen yang aneh (kebanyakan in a good way), yang menegangkan, dan yang mengaduk-aduk perasaan, memaksa saya untuk berkontemplasi. Soal kehidupan.
Baca SelengkapnyaAsetku, Diapain Ya?
Kamu yang membaca artikel ini pasti merupakan seorang investor.
Baca SelengkapnyaBisa Masuk, Gak Bisa Keluar?
Dari jaman SD, ada dua hal tentang keuangan yang selalu diajarkan oleh guru dan orang tua kita:
Baca Selengkapnya