Menghadapi Musim Laporan Keuangan dan Dividen
Setiap pertengahan dan akhir tahun pada masa sekolah, orang tua murid mendapatkan undangan dari guru untuk menghadiri pengambilan rapor sang anak. Namun terkadang beberapa orang tua berhalangan karena sedang bekerja atau mempunyai kegiatan lainnya, sehingga mereka meminta pihak lain, seperti saudara kandung dari sang anak, saudara dari ibu atau ayah, bahkan ART, untuk menggantikannya. Maklum, yang paling penting adalah anaknya memiliki prestasi yang baik dan menjadi siswa teladan terlepas dari siapa yang mengambil rapornya.
Umumnya, kuartal 1 pada setiap tahun menjadi suatu periode penting bagi para investor dan perusahaan. Mengapa? Karena perusahaan akan memaparkan secara terbuka kinerjanya selama satu tahun penuh. Perilisan laporan keuangan pun menjadi ‘rapor’ dari perusahaan, dan seringkali kinerja tersebut dibandingkan secara tahunan (year-on-year) dengan tahun sebelumnya. Rapor ini akan diketahui oleh para pemegang saham/investor selayaknya orang tua yang melihat prestasi dan sikap anaknya selama satu tahun penuh di sekolah. Seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang mengumumkan kinerja fantastis, para ‘orang tua’ pun sangat puas dengan prestasi yang dicapai oleh perusahaan (anak).
Pengumuman dari earnings perusahaan dapat menjadi salah satu faktor pendorong kenaikan atau penurunan harga saham. Mengapa? Karena laba bersih dari perusahaan merefleksikan bagaimana kegiatan operasional perusahaan dari pendapatan (top line) hingga ke laba bersihnya (bottom line). Secara umum, pergerakan saham perusahaan sangat volatil dan bereaksi lebih cepat atas suatu berita, sehingga sangat sensitif dan forward-looking. Tidak hanya pengumuman kinerja tahunan, pengumuman kinerja kuartalan juga dinanti-nantikan oleh investor. Dapat diibaratkan bahwa kita sedang berada dalam suatu kendaraan bermotor: harga saham menjadi kaca depan, kinerja perusahaan menjadi kaca belakang, dan kita merupakan pengemudinya. Sebelum memutar setir ke kanan dan ke kiri, kita perlu melihat apakah ada kendaraan di belakang kita agar tidak menabrak dan menimbulkan kecelakaan.
Apabila realisasi kinerja ternyata lebih tinggi dibandingkan ekspektasi, konsensus, ataupun kinerja di tahun sebelumnya, maka valuasi dari perusahaan tersebut akan semakin murah dan menjadi atraktif bagi investor. Hal ini menjadi dorongan beli bagi pelaku pasar. Sebaliknya, apabila kinerja yang dicatat sesuai dengan ekspektasi, maka pergerakan harga saham bisa flat, alias tidak bergerak dengan signifikan. Hal ini dikarenakan pelaku pasar sudah priced-in dengan ekspektasinya. Apabila ternyata kinerja yang dicatatkan menurun secara signifikan, maka harga saham cenderung menurun karena valuasinya yang menjadi mahal (harga saham yang tinggi tidak sepadan dengan kinerjanya).
Menyusul pengumuman kinerja, musim dividen juga menjadi salah satu peristiwa unik di pasar modal untuk jangka waktu awal hingga pertengahan tahun. Walaupun tidak diwajibkan, perusahaan dapat membayarkan dividen kepada pemegang saham atas kinerja yang dihasilkan. Berarti, perusahaan yang membagikan dividen umumnya merupakan perusahaan yang dapat menghasilkan laba secara konsisten. Terlebih lagi, dividen menjadi menarik apabila harga saham perusahaan sedang stagnan atau bahkan mengalami penurunan. Sederhananya, dividen menjadi moda pembagian laba perusahaan kepada investor sebagai apresiasi sekaligus mengundang investor lain untuk berinvestasi. Sehingga, ketertarikan investor pada dividen pun dapat mendorong kenaikan pada harga saham.
Apabila kita posisikan diri sebagai manajemen perusahaan, laba dapat dimanfaatkan untuk keperluan perusahaan, seperti memenuhi kewajiban pinjamannya dan modal kerja. Dengan kata lain, perusahaan melakukan ‘reinvestasi’ atas labanya, yang nantinya dapat mengembangkan operasional perusahaan untuk menciptakan laba bersih yang lebih tinggi lagi. Nantinya, kinerja perusahaan yang lebih baik dari hasil reinvestasi dapat terefleksikan juga dari kenaikan harga saham. Terlebih lagi, Agency Theory (teori keagenan) juga menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki laba ditahan besar dapat mendorong perilaku dari manajer (pihak yang menjalankan kegiatan perusahaan) untuk melakukan kegiatan yang tidak memaksimalkan nilai pemegang saham. Sehingga, dividen pun menjadi salah satu cara untuk menahan potensi terjadinya permasalahan tersebut.
Oleh karena itu, dua fenomena yang akan terjadi dalam jangka pendek ini adalah: 1) Pengumuman kinerja perusahaan untuk setahun penuh 2022; 2) Pengumuman pembagian dividen. Kedua fenomena tersebut dapat memengaruhi harga saham pada perusahaan, sehingga dalam jangka pendek akan tercipta kenaikan atau penurunan yang sangat signifikan. Bagi trader, ini menjadi kesempatan untuk mendapatkan abnormal return. Selanjutnya, memasuki musim pengumuman pembagian dividen akan menjadi peristiwa yang menggiurkan, terutama bagi dividend hunter. Apabila rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) lebih besar, maka secara langsung mengindikasikan bahwa laba yang diinvestasikan kembali, akan semakin kecil. Mendekati cum date, tidak aneh apabila harga saham perusahaan yang akan membayar dividen mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh banyak investor yang tidak ingin ketinggalan kesempatan mendapatkan dividen. Alhasil, pemegang saham akan menjual pada ex date karena telah berhak mendapatkan dividen, dan harga saham akan menurun. Ini yang disebut sebagai dividen trap.
Namun, bagi investor, ini menjadi kesempatan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan, sehingga adanya insight untuk menambah atau mengurangi porsi investasi jangka panjangnya. Walaupun investor ‘sangat disarankan’ untuk tetap update dengan informasi makroekonomi dan kinerja dari perusahaan yang diinvestasikan, bukan berarti suatu berita seperti rilis kinerja kuartalan dan pembagian dividen menjadi faktor utama dalam keputusan investasi. Dengan kata lain, investor tidak boleh terlalu cepat bereaksi atas suatu berita dan diperlukannya kepala dingin dalam menerima informasi baru.
Happy investing!
Disclaimer: Analisis dan informasi yang terkandung dalam artikel ini mengandung opini yang bersifat subjektif. Keputusan dan hasil dari investasi merupakan risiko dan tanggung jawab dari masing-masing investor.
Lihat Blog Lainnya
Market Research 30 Januari 2023: Attractive Bond Market
Berlanjut hingga bulan ke 11, perang antara Rusia dengan Ukraina belum menunjukkan adanya keredaan, sehingga negara yang berpendapatan kecil di Asia dan Afrika terdampak secara negatif karena harga pangan dan energi yang meningkat. Sayangnya, negara-negara tersebut tidak memiliki kemampuan seperti Eropa yang dapat membeli gas dan minyak di harga tinggi. Angka kemiskinan Indonesia mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan inflasi dan harga BBM. Bansos pemerintah diharapkan dapat berlanjut untuk mengatasi permasalahan kemiskinan di Indonesia. Pemberdayaan masyarakat seperti kewirausahaan dan lapangan kerja layak juga didorong agar angka kemiskinan menurun ke target 7,5–8,5%. Berikut merupakan market updates secara domestik maupun global:
Baca SelengkapnyaMengkaji Krisis Biaya Hidup
Sejak akhir tahun 2019 dan kuartal awal tahun 2020, seluruh dunia secara bersama menghadapi pandemi COVID-19. Wabah tersebut tentunya menjangkit kesehatan dari perekonomian berbagai negara dan menimbulkan krisis berskala global baru sejak periode 2007–2009. Lepas dari pandemi, hantu inflasi mulai menunjukkan wajahnya di pertengahan tahun 2021 sebagai efek dari kebijakan fiskal dan moneter yang ekspansif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Meletusnya perang antara Rusia dengan Ukraina, inflasi pun semakin tinggi dan menjadi permasalahan utama di berbagai negara besar. Walaupun bagi beberapa negara inflasi masih dapat dikendalikan, permasalahan tersebut tetap menjadi prioritas yang perlu ditanggulangi.
Baca SelengkapnyaMarket Research 23 Januari 2023: Gold Shines
World Economic Forum (WEF) menyatakan bahwa risiko global terbesar selama 2 tahun kedepan adalah krisis biaya hidup. Hal ini didorong oleh pelemahan daya beli dari masyarakat yang melanda sejumlah negara, terutama negara yang berpenghasilan menengah dan rendah. Indonesia sendiri, WEF menilai ada 5 risiko yang harus dihadapi: 1) krisis utang; 2) konflik kepentingan; 3) kenaikan inflasi; 4) ketimpangan digital; 5) kontestasi geopolitik. Berikut merupakan market updates secara domestik dan global:
Baca Selengkapnya