Mengkaji Krisis Biaya Hidup

31 Januari 2023 Ditulis oleh Yamin SayaKaya
Featured

Sejak akhir tahun 2019 dan kuar­tal awal tahun 2020, selu­ruh dunia secara bersama meng­hadapi pan­de­mi COVID-19. Wabah terse­but ten­tun­ya men­jangk­it kese­hatan dari perekono­mi­an berba­gai negara dan menim­bulkan kri­sis berskala glob­al baru sejak peri­ode 2007–2009. Lep­as dari pan­de­mi, han­tu inflasi mulai menun­jukkan wajah­nya di perten­ga­han tahun 2021 seba­gai efek dari kebi­jakan fiskal dan mon­eter yang ekspan­sif untuk men­dorong per­tum­buhan ekono­mi. Mele­tus­nya perang antara Rusia den­gan Ukraina, inflasi pun semakin ting­gi dan men­ja­di per­masala­han uta­ma di berba­gai negara besar. Walaupun bagi beber­a­pa negara inflasi masih dap­at dik­enda­likan, per­masala­han terse­but tetap men­ja­di pri­or­i­tas yang per­lu ditanggulangi.


Berbicara soal inflasi, berar­ti har­ga dari sesu­atu yang ingin kita beli lebih mahal, atau nilai uang men­gala­mi penu­runan. Seba­gai con­toh, har­ga rata-rata dari 1 kg telur ayam ras segar pada tang­gal 26 Jan­u­ari 2023 adalah sebe­sar Rp29.235. Semen­tara 5 tahun lalu (2018), har­ganya sebe­sar Rp24.381. Berar­ti har­ga 1 kg telur ayam ras segar sela­ma 5 tahun telah men­gala­mi kenaikan hing­ga 20%. Secara tahu­nan, dap­at diukur bah­wa har­ga 1 kg telur ayam ras segar men­gala­mi kenaikan sebe­sar 3,7%. Ini berar­ti bah­wa masyarakat per­lu mero­goh kocek lebih dalam untuk mem­be­li 1 kg telur dan ten­tun­ya merugikan kare­na har­ganya yang semakin mahal.


Ilus­trasi di atas mem­buk­tikan bah­wa telur adalah kebu­tuhan pokok manu­sia. Adanya kenaikan har­ga pada kebu­tuhan pokok meru­pakan kon­disi yang saat ini sedang men­ja­di per­masala­han yang men­jel­ma. Secara head­line beri­ta, ini lebih ser­ing dise­but seba­gai Kri­sis Biaya Hidup (Cost of Liv­ing Cri­sis).


Den­gan adanya inflasi, akan ter­ja­di kri­sis biaya hidup di mana daya beli dari pen­da­p­atan yang siap dibelan­jakan (dis­pos­able income) dari masyarakat men­gala­mi penu­runan nilai. Kri­sis ini lebih cen­derung ter­li­hat dan dirasakan pada masyarakat di kawasan Inggris–sejak mendekati akhir tahun 2021 hing­ga saat ini–akibat tingginya inflasi yang melebi­hi kenaikan upah dan kenaikan pada tarif pajak. Secara spe­si­fiknya, dis­pos­able income adalah pen­da­p­atan yang dim­i­li­ki oleh house­hold (rumah tang­ga kon­sumen) sete­lah dipo­tong oleh pajak, dan digu­nakan untuk memenuhi kebu­tuhan dan keing­i­nan. Apa­bi­la sete­lah kebu­tuhan ter­penuhi dan ter­da­p­at sisa dari pen­da­p­atan untuk ditabung, diin­ves­tasikan, ataupun digu­nakan untuk keing­i­nan (bukan kebutuhan/neces­si­ties), dise­but seba­gai dis­cre­tionary income. Kon­disi yang saat ini dihadapi oleh masyarakat Ing­gris adalah melemah­nya daya beli, sehing­ga dis­pos­able income pada hari ini tidak dap­at memenuhi kebu­tuhan­nya seper­ti beber­a­pa tahun lalu. Kare­na harus berhe­mat, maka masyarakat Ing­gris pun men­cari cara agar dis­pos­able income yang dim­i­li­ki dap­at memenuhi kebu­tuhan ser­ta men­gu­ran­gi keing­i­nan yang tidak pent­ing dan tidak genting. Alhasil, dis­cre­tionary income juga ter­dampak untuk melengkapi pasokan dis­pos­able income.


Pada kri­sis biaya hidup ini, dap­at dikatakan bah­wa masyarakat den­gan peng­hasi­lan menen­gah ke bawah (poor­er house­holds) lebih ter­dampak diband­ingkan masyarakat den­gan peng­hasi­lan menen­gah ke atas (rich­er house­holds). Berdasarkan stu­di, masyarakat menen­gah ke bawah memi­li­ki kebu­tuhan ener­gi den­gan tingkat kon­sum­si yang cukup besar. Sehing­ga den­gan adanya kenaikan har­ga ener­gi, akan berdampak lebih sig­nifikan pada alokasi pen­gelu­aran­nya. Semen­tara itu, dalam kon­teks kebu­tuhan makanan, har­ga makanan yang cen­derung murah–di mana kelom­pok masyarakat ke bawah cen­derung bergan­tung den­gan makanan itu–mengalami kenaikan har­ga yang sig­nifikan. Bagi masyarakat menen­gah ke atas, kenaikan har­ga cen­derung dap­at dihadapi, namun ini sulit bagi masyarakat menen­gah ke bawah.


Kon­disi ini juga ten­tun­ya memen­garuhi per­i­laku masyarakat seba­gai kon­sumen, yakni mere­ka memil­ih untuk berbe­lan­ja di toko yang menawarkan pro­mosi, mem­be­li sub­sti­tusi yang lebih murah, bahkan memil­ih untuk tidak memakan di luar (seper­ti restoran). Efek dari menabung di masa lalu pun mulai berper­an pent­ing di kon­disi saat ini seba­gai pelengkap dis­pos­able income untuk memenuhi kebu­tuhan pokok. Aki­bat dari pan­de­mi, para peker­ja semakin mem­pri­or­i­taskan kese­hatan dan kese­jahter­aan, ser­ta meng­hara­p­kan adanya jam ker­ja flek­si­bel. Meng­hadapi kri­sis biaya hidup, para peker­ja juga ter­dorong untuk bek­er­ja den­gan jam yang lebih lama.


Dari sisi perusa­haan, kenaikan inflasi juga menim­bulkan per­masala­han tersendiri. Apa­bi­la perusa­haan memu­tuskan untuk menaikkan upah para peker­ja untuk melawan tingkat inflasi, secara jang­ka pen­dek mungkin per­masala­han dap­at ter­atasi. Namun, dalam jang­ka pan­jang perusa­haan akan ter­be­bani, teruta­ma apa­bi­la kri­sis ekonominya lebih berkepan­jan­gan. Ter­lebih lagi, tidak mungkin juga bagi perusa­haan untuk ‘menor­mal­isasi’ (menu­runk­an) kem­bali upah keti­ka inflasinya men­gala­mi penu­runan. Ujung dari kon­disi ini pun belum terlihat.


Seru­pa den­gan menabung, berin­ves­tasi dap­at berper­an pent­ing di kon­disi seper­ti saat ini dan mem­per­si­ap­kan diri di wak­tu men­datang. Den­gan kon­disi pasar yang kurang kon­dusif, perg­er­akan yang volatil umum­nya hanya ber­jang­ka pen­dek. Investor dap­at meman­faatkan momen­tum terse­but untuk berin­ves­tasi dan men­galahkan inflasi di jang­ka pan­jangnya. Walaupun mungkin ada investor yang lebih memil­ih untuk memegang kas dalam por­si besar, tingkat inflasi telah men­gu­ran­gi daya beli dari kas terse­but. Ten­tun­ya, investor juga per­lu meng­gu­nakan ‘uang din­gin’ untuk berin­ves­tasi, yaitu uang yang tidak digu­nakan untuk jang­ka pen­dek maupun daru­rat. Di ten­gah kri­sis biaya hidup, tidak jarang juga masyarakat  meng­gu­nakan por­si inves­tasinya untuk memenuhi kebu­tuhan sehari-hari.


Inves­tasi juga tidak harus dilakukan secara lang­sung dalam nom­i­nal yang besar. Investor dap­at melakukan­nya secara reg­uler untuk meman­faatkan cost-aver­ag­ing dan men­gu­ran­gi efek volatil­i­tas. Den­gan tingginya inflasi saat ini, diver­si­fikasi bisa men­ja­di salah satu pil­i­han hing­ga perekono­mi­an kem­bali mem­baik. Maka, rek­sa dana bisa men­ja­di salah satu instru­men inves­tasi pil­i­han, kare­na men­er­ap­kan diver­si­fikasi pada kelas aset ataupun sek­tor yang berbe­da, dan cocok untuk berin­ves­tasi jang­ka panjang.


Hap­py investing!


Dis­claimer: Anal­i­sis dan infor­masi yang terkan­dung dalam artikel ini men­gan­dung opi­ni yang bersi­fat sub­jek­tif. Kepu­tu­san dan hasil dari inves­tasi meru­pakan risiko dan tang­gung jawab dari mas­ing-mas­ing investor.


Lihat Blog Lainnya

thumbnail
Market Update 25 Januari 2023

Market Research 23 Januari 2023: Gold Shines

World Eco­nom­ic Forum (WEF) meny­atakan bah­wa risiko glob­al terbe­sar sela­ma 2 tahun kede­pan adalah kri­sis biaya hidup. Hal ini didorong oleh pelema­han daya beli dari masyarakat yang melan­da sejum­lah negara, teruta­ma negara yang berpeng­hasi­lan menen­gah dan ren­dah. Indone­sia sendiri, WEF meni­lai ada 5 risiko yang harus dihadapi: 1) kri­sis utang; 2) kon­flik kepentin­gan; 3) kenaikan inflasi; 4) ketim­pan­gan dig­i­tal; 5) kon­tes­tasi geopoli­tik. Berikut meru­pakan mar­ket updates secara domestik dan global:

Baca Selengkapnya
thumbnail
Education 25 Januari 2023

Seni Berinvestasi Secara Kontrarian

Pen­dekatan dan strate­gi inves­tasi san­gat beragam, ada yang memil­ih growth invest­ing, ada juga yang memil­ih val­ue invest­ing. Ada yang secara durasi inves­tasinya lebih memil­ih ber­jang­ka pen­dek diband­ingkan pan­jang, ada yang lebih ingin berin­ves­tasi secara pasif (pas­sive invest­ing) diband­ingkan aktif (active invest­ing). Walaupun begi­tu, har­ga dan nilai (price and val­ue) tetap men­ja­di salah satu aspek yang diper­hatikan dalam berin­ves­tasi. Berbicara men­ge­nai har­ga dan nilai, saya jadi teringat den­gan satu teori unik yang saya pela­jari di dunia keuan­gan, yaitu Effi­cient Mar­ket Hypoth­e­sis (EMH) atau Teori Pasar Efisien.

Baca Selengkapnya
thumbnail
Market Update 19 Januari 2023

Letter to Our Investors: Part 1

Sela­mat tahun baru 2023, Teman Kaya! Semoga tahun ini kita semua diberikan kesuk­sesan, kese­hatan, dan keba­ha­giaan yang melimpah, amin.

Baca Selengkapnya

Aplikasi SayaKaya:
Mudah, Cepat, dan Terkurasi!

Semua orang kini bisa berinvestasi Reksa Dana dengan mudah hanya lewat satu aplikasi saja. Download sekarang!

HFM - Unverified - Shadow HFM - Verified - Shadow HFM - Unverified HFM - Verified stars
Sayakaya Logo Copyright ©2024 Landing Page
Download Aplikasi
PT SAYAKAYA LAHIR BATIN
location Sahid Sudirman Centre lt 12
Jl. Jend. Sudirman No.Kav. 13-15, Jakarta 10220
phone +6212527989
email hi@sayakaya.id
SayaKaya adalah aplikasi investasi reksa dana yang berlaku sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) dengan produk reksa dana dan manajer investasi pilihan yang telah terkurasi. Dikelola dan dikembangkan oleh PT Sayakaya Lahir Batin yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan dengan nomor registrasi KEP-17/PM.21/2021.

Investasi reksa dana mengandung risiko. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa datang. Calon pemodal/pemodal wajib mempelajari prospektus sebelum berinvestasi reksa dana. Dalam melakukan transaksi jual dan beli reksa dana, calon pemodal/pemodal diharapkan memperhatikan profil risiko, kondisi keuangan serta tujuan investasi dari masing-masing calon pemodal/pemodal.