Potensi Inflasi Lanjutan
Setiap tahunnya, umat muslim diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa Ramadan dan setelahnya diikuti dengan merayakan kemenangan di Hari Raya Idul Fitri. Secara historis, momen mendekati libur Idul Fitri akan memengaruhi peningkatan CCI (Customer Confidence Index) karena adanya peningkatkan pengeluaran di masyarakat. Para pelaku bisnis–khususnya yang bergerak di bidang konsumen–akan menyiapkan strategi untuk memanfaatkan momen tersebut, mulai dari persediaan bahan baku hingga penjualan di ritel dan promosi. Terlebih dengan pencabutan status PSBB, masyarakat akan lebih terdorong untuk mengunjungi pusat perbelanjaan dan tempat sejenisnya di momen Ramadan dan Idul Fitri. Mengingat bahwa tahun ini menjadi Ramadan dan Idul Fitri pertama yang tanpa pembatasan sosial, efeknya adalah tingkat okupansi juga cenderung meningkat, perputaran uang pun semakin tinggi, dan pertumbuhan ekonomi semakin terdorong juga karena komposisi PDB Indonesia yang didominasi oleh konsumsi-setoran pajak dalam bentuk PPN berpotensi meningkat. Secara historikal, poros pertumbuhan yang signifikan juga dicatat pada periode Ramadan dan Idul Fitri.
Dalam konteks ekonomi, momen Ramadan dan Lebaran memberikan risiko yang dapat memperpanjang efek negatif yang saat ini masih dirasakan oleh perekonomian Indonesia, yaitu berlanjutnya inflasi. Tingginya harga bahan baku mendorong kenaikan pada biaya produksi dan penjual pun akan ‘meneruskan’ tekanan biaya tersebut kepada konsumen. Alhasil, dengan permintaan yang sangat berpotensi meningkat di momen Ramadan-Lebaran, harga beli pun semakin tinggi. Pada tahun 2022 saja ketika inflasi masih belum setinggi seperti kondisi sekarang, kenaikan harga pada momen Ramadan mencapai level 0,96% secara bulanan dan lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2017 (0,69%) dan 2019 (0,68%). Dengan harga komoditas dan permintaan yang tinggi, ada potensi bahwa inflasi pada momen Ramadan di tahun ini akan lebih tinggi lagi. Padahal, inflasi baru saja menunjukkan tren penurunan, setidaknya apabila dibandingkan pada kondisi tahun 2022.
Bank Indonesia juga memprediksi bahwa tingkat inflasi Indonesia setidaknya masih berada di level 5% selama satu semester di tahun 2023 ini. Semakin tinggi kenaikan harganya, maka semakin melemahnya daya beli masyarakat, terutama masyarakat yang secara pendapatannya menengah ke bawah. Dalam menjaga kestabilan harga pangan di Ramadan-Idul Fitri mendatang dan sekaligus menekan tingkat kemiskinan, pemerintah Indonesia akan menggelontorkan bansos (bantuan sosial) pangan kepada masyarakat penerima program keluarga harapan (PKH) dan bantuan pangan non tunai (BPNT), serta telah menyiapkan anggaran ketahanan pangan sebesar IDR 104,2 triliun. Bansos ini dinilai dapat mendukung kebutuhan dari kelompok pendapatan menengah kebawah, namun tidak dapat menekan tingkat inflasi secara signifikan. Faktor seperti kondisi bahan baku/pasokan hingga distribusi serta kenaikan permintaan masih menjadi faktor yang memberikan kontribusi tinggi di momen Ramadan dan Idul Fitri.
Singkatnya, inflasi masih menjadi perhatian para pelaku pasar, pemerintah, dan bank sentral dalam jangka waktu pendek, walaupun kondisi perekonomian saat ini dapat dikatakan tidak seseram yang diproyeksikan berkat pembukaan ekonomi China, dan Indonesia masih dapat bertumbuh dengan derajat yang lebih rendah. Dengan inflasi yang belum bisa mangkir, potensi kenaikan suku bunga lanjutan pun kembali hadir, dan kondisi makroekonomi jangka pendek masih mempunyai peran yang cukup besar dalam menciptakan volatilitas.
Disclaimer: Analisis dan informasi yang terkandung dalam artikel ini mengandung opini yang bersifat subjektif. Keputusan dan hasil dari investasi merupakan risiko dan tanggung jawab dari masing-masing investor.
Lihat Blog Lainnya
Market Research 6 Maret 2023: Higher for longer
Mayoritas pejabat Fed masih melihat adanya kebutuhan untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 bps, sedangkan pejabat lainnya menginginkan kenaikan sebesar 50 bps. Sementara, beberapa bank sentral lainnya mulai mempertimbangkan untuk menahan laju kenaikan suku bunganya karena tahun sebelumnya telah menaikkan suku bunga secara agresif. Saat ini, negara seperti Finlandia, Swedia, Australia, dan Argentina sedang berupaya untuk menghindari jurang resesi. Hal tersebut disebabkan oleh respons yang cenderung lambat dalam menerapkan langkah preventif melawan inflasi. Oleh karena itu, jalur antara mengendalikan tingkat inflasi dan resesi semakin sempit (muncul potensi stagflasi). Berikut merupakan market updates secara domestik dan global:
Baca SelengkapnyaMengenal Iklim Investasi Hijau
“Who Cares Wins” adalah konferensi yang diadakan pada tahun 2005 yang mempertemukan manajer investasi, analis buy side dan sell side, serta praktisi dan konsultan keuangan lainnya untuk membahas peran dari ESG (Environmental, Social, and Governance) dalam keuangan dan investasi. Pada konferensi tersebut, para partisipan menyetujui besarnya peran positif ESG dalam investasi jangka panjang. 17 tahun telah berlalu sejak konferensi yang menggunakan istilah ‘ESG’ pertama kalinya, ESG dan tren kehijauan pada dunia keuangan semakin marak dan investor global saat ini semakin memperhatikan aspek sustainability dan ESG dalam berinvestasi. Sehingga, kegiatan operasional yang etis dan kontribusi positif terhadap keberlanjutan menjadi faktor yang perlu diperhatikan juga. Dari sisi emiten, perusahaan yang tidak mengupayakan ESG cenderung memiliki cost of capital dan volatilitas yang lebih tinggi.
Baca SelengkapnyaMarket Research 27 Februari 2023: Indonesia Economic Projections
Walaupun BI mempertahankan tingkat suku bunga, masih terdapat risiko inflasi dari luar negeri, yakni AS dan Eropa. Melalui penahanan DHE, Indonesia dapat meminimalisir dampak dari imported inflation.Implementasi TDV (term deposit valas) mulai dijalankan per 1 Maret 2023 dengan tenor 1, 3, dan 6 bulan. Suku bunga yang ditawarkan kompetitif dengan suku bunga counterparty BI di luar negeri. Pemerintah juga telah memberikan insentif berupa potongan PPh final atas bunga deposito DHE bergantung pada denominasi mata uang dan holding period. Berikut merupakan market updates dari domestik dan global:
Baca Selengkapnya