Jessica Berbicara
Permintaan Tumpah-Tumpah!
Sedari saya SMP, saya merupakan salah satu penggemar Sheila on 7 yang cukup setia. Hampir semua lagunya saya kenali dan saya hafal. Sebagai penikmat musik, saya juga sangat suka menonton band-band yang saya sukai secara live. Namun karena satu dan lain hal, saya sampai saat ini tidak pernah kesampaian nonton Sheila on 7 secara live. Selalu saja kehabisan tiketnya, dan saya cukup malas untuk berdesak-desakan di festival atau pensi yang terlalu ramai.
Hingga sebulan yang lalu, saya menerima kabar bahwa Sheila on 7 akan mengadakan konser tunggal di JIExpo, sebuah kabar yang saya sambut dengan sangat gembira. Saya berpikir bahwa akhirnya saya bisa menonton band yang sudah lama saya tunggu-tunggu ini secara live.
Tiket yang dijual juga tidaklah murah, menurut saya. Harga tiket dibanderol mulai dari Rp 300.000 hingga VIP Table seharga Rp 30.000.000 untuk 10 orang.
Ajaibnya, tiket-tiket ini langsung ludes, para pembaca. Dalam beberapa menit pertama, sampai-sampai platform pemesanan tiketnya juga ikut hang.
Hal yang sama terjadi di pemesanan tiket Blackpink yang akan datang ke Indonesia dan mengadakan konser selama 2 hari. Tidak tanggung-tanggung, yang pertama habis merupakan tiket dengan kelas harga yang paling mahal. Terjadi juga di penjualan berbagai tiket konser lainnya, baik festival musik maupun konser boyband K‑Pop.
Pent-up demand effect, alias efek permintaan yang sudah lama terbendung, agaknya nyata kita lihat fenomenanya. Setelah sekian lama adanya larangan berkumpul, demand masyarakat untuk menghadiri events hiburan secara offline kian memuncak. Hal ini yang kita lihat juga trendnya di sektor retail, khususnya retail yang bersifat cyclical. Permintaan masyarakat untuk kembali melakukan transaksi retail secara offline, telah terlihat dan juga terefleksikan di laporan keuangan perusahaan retail yang kian membaik.
Gambar: Grafik data retail sales YoY & Google Mobility Index.
Seperti yang dikutip dari research BRI Danareksa Sekuritas diatas, tingkat penjualan barang retail telah meningkat sejak awal tahun 2022, diikuti pula dengan tingkat mobilitas masyarakat yang juga kian pulih dan semakin memuncak.
Dalam market update Sucor Heroes Saga beberapa waktu yang lalu di Medan, Sayakaya berkesempatan untuk memberikan sedikit view khususnya untuk sektor yang akan perform di masa-masa berakhirnya siklus ekonomi, yaitu consumer (cyclical), jasa konsumer, dan keuangan. Kebetulan dalam beberapa minggu terakhir ini, ketiga sektor tersebut merupakan sektor yang cukup perform di pasar saham. Kita melihat bahwa beberapa bank besar kembali melanjutkan rally hingga mencapai titik harga All Time High, dan kita juga melihat saham-saham dari sektor consumer cyclical seperti MAPI.IJ (Mitra Adiperkasa, Tbk), **MAPA:IJ (**MAP Aktif Adiperkasa), AMRT (Sumber Alfaria Trijaya Tbk), juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Selain sektor retail, sektor consumer staples juga kian menarik dengan penurunan wheat price yang menjadi salah satu komponen cost driver utama produsen consumer stapes. Di sisi seasonality„ cukup menarik juga untuk disimak bahwa index MSCI Consumer Indonesia secara konsisten mencatatkan performa diatas IHSG dalam periode 1 tahun sebelum tahun pemilihan. Apakah tahun 2023 merupakan tahun consumer staples kembali berjaya?
Gambar: Grafik performa MSCI terhadap JCI.
Sebagai investor reksa dana, akan cukup menguntungkan juga apabila kita turut memegang reksa dana yang memiliki saham-saham consumer dan retail di dalam portfolionya.
Menurut Arfan Karniody, Chief Investment Officer dari KIS Asset Management, saham-saham retail masih berpotensi untuk menjadi _comeback kids. “_Kami melihat potensi kembalinya sektor retail, ditambah dengan potensi kembalinya berdenyutnya nadi ekonomi setelah pandemi. Hal ini juga ditopang oleh kian meningkatnya mobilitas masyarakat Indonesia.”
Arfan juga melihat potensi dari bottoming performa perusahaan retail setelah di Q2 2022. “Kedepannya, kami melihat potensi besar dari revenue dan earnings growth perusahaan retail yang kembali normalized. Di sisi momentum, kami juga menyorot seasonality bias yang biasanya ada di Q4 atau penghujung tahun. Perusahaan retail biasanya mencatatkan performa kuartalan terbaik di titik ini karena musim perayaan (festive season).”
Beberapa reksa dana yang bisa kita lihat sudah cukup mengumpulkan saham-saham di sektor retail dan consumer antara lain adalah: KISI Equity Fund, Trimegah Syariah Berimbang, Avrist Equity Amar Syariah, Avrist Equity Growth Fund, Trim Syariah Saham, dan Sucor Maxi Fund.
Happy investing, everyone!
Lihat Blog Lainnya
Market Research 26 November 2022: Akan Ada Apa di Ekonomi 2023?
Pada saat ini, terdapat kemungkinan terjadinya resesi di berbagai negara dengan tingginya tingkat inflasi, dan BI masih pada posisi untuk cenderung menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah:
Baca SelengkapnyaKeep The Investment Ball Rolling! Pesta Bola Dunia 2022 In Numbers
Did you know? Secara historikal, volume transaksi bursa global cenderung mengalami penurunan selama periode Pesta Bola Dunia. Bank Sentral Eropa pernah menerbitkan riset yang menyebutkan bahwa setiap suatu negara ikut serta dalam suatu pertandingan di Pesta Bola Dunia, rata-rata volume trading di negara tersebut akan turun sampai dengan 55% di Pesta Bola Dunia 2010. Di tahun 2014, penurunannya mencapai 48%.
Baca SelengkapnyaJessica Berbicara
Petik Cuan dari Krisis Dana Pensiun
Baca Selengkapnya