Market Research 26 November 2022: Akan Ada Apa di Ekonomi 2023?
Pada saat ini, terdapat kemungkinan terjadinya resesi di berbagai negara dengan tingginya tingkat inflasi, dan BI masih pada posisi untuk cenderung menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah:
1. Proyeksi ekonomi Indonesia relatif lebih baik kedepannya berkat harga komoditas yang tinggi dan tingginya intermediasi perbankan, namun Indonesia tidak dapat bergantung sepenuhnya dengan ekspor-impor dan kemungkinan akan lebih berfokus pada konsumsi domestik (yang salah satunya didukung dengan kenaikan UMP sebesar 10%). Investor asing juga sedang agresif dalam membeli obligasi Indonesia yang dapat memperkuat nilai tukar Rupiah.
2. Laporan OECD menekankan bahwa hambatan pada gas dan listrik di Eropa dan Asia dapat menjadi salah satu pendorong perlambatan ekonomi. IMF menilai bahwa apabila terjadinya krisis ekonomi, maka Amerika dan Eropa akan menjadi kawasan regional yang mengalami dampak negatif secara signifikan dengan tingginya business cost dan biaya hidup, dengan permulaan recovery diharapkan terjadi mulai tahun 2024.
3. Dari Amerika Serikat, Fed menyatakan ada kemungkinan perlambatan kenaikan suku bunga (dari 75 bps menjadi 50 bps) berkat indikator ekonomi yang membaik. Namun, Fed masih memperhatikan kebijakan pergerakan harga berupa core products, perumahan, dan jasa non-residensial.
4. Dari China, Beijing kembali menerapkan kebijakan lockdown. Ekonom merekomendasikan pemerintahan China untuk menerbitkan consumer vouchers sebesar 5,000 Yuan (Rp 11 juta) dalam bentuk e‑currency kepada masyarakat untuk mendorong permintaan domestik, dengan mempertimbangkan masih adanya kapasitas fiskal bagi pemerintahan pusat China dan kontribusi dari consumer spending terhadap perekonomian China hingga 65,4%.
5. Secara global, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan akan melambat akibat perang RUS-UKR yang masih berlanjut dan berdampak negatif setelah ekspansi tinggi pasca lockdown secara global. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang akan menjadi penopang dalam pertumbuhan ekonomi global.
Dengan resiliensi kondisi ekonomi Indonesia, sekarang saatnya untuk berinvestasi di reksa dana sesuai dengan profil risiko kamu!
Mulai Perjalanan Investasi di SayaKaya
Lihat Blog Lainnya
Keep The Investment Ball Rolling! Pesta Bola Dunia 2022 In Numbers
Did you know? Secara historikal, volume transaksi bursa global cenderung mengalami penurunan selama periode Pesta Bola Dunia. Bank Sentral Eropa pernah menerbitkan riset yang menyebutkan bahwa setiap suatu negara ikut serta dalam suatu pertandingan di Pesta Bola Dunia, rata-rata volume trading di negara tersebut akan turun sampai dengan 55% di Pesta Bola Dunia 2010. Di tahun 2014, penurunannya mencapai 48%.
Baca SelengkapnyaJessica Berbicara
Petik Cuan dari Krisis Dana Pensiun
Baca SelengkapnyaMau Sampai Kapan Ngarepin Gaji?
Sebagai sesama pekerja, Yamin ngerti banget bahwa terkadang pertumbuhan pendapatan kita tuh nggak sesuai sama apa yang kita harapkan. Boro-boro sesuai dengan ekspektasi, terkadang sama kebutuhan saja bisa ngepas banget.
Baca Selengkapnya