Data Tingkat Inflasi Terbaru - Market Outlook 21 November 2023
Halo Teman Yamin, pada kesempatan kali ini team SayaKaya telah merangkum dan memilah beberapa berita yang bisa bermanfaat dalam membuat keputusan investasi kamu agar lebih optimal. Mari kita ulas berita di bawah ini:
1. Tingkat Inflasi US Melandai
Pada pekan lalu, US mengumumkan pergerakan dari tingkat inflasinya. Inflasi AS melandai ke 3.2% (year on year) pada Oktober 2023, lebih rendah dibandingkan pada September sebesar 3.7% (year on year) serta di bawah ekspektasi pasar (3.3%). Ini merupakan pertama kalinya tingkat inflasi AS melandai dalam empat bulan terakhir.
Pelemahan inflasi ditopang oleh turunnya harga energi, terutama besin. Inflasi pada bahan pangan juga juga mengalami penurunan menjadi 3.2% pada Oktober dari 3.7% pada September. Melemahnya tingkat inflasi menjadi kabar gembira bagi pelaku pasar di berbagai dunia. Pelemahan tingkat inflasi AS memungkinkan The Fed untuk berbalik arah ke dovish.
Kini pergerakan Inflasi US mulai bergerak mendekati kisaran 2%, walaupun saat ini masih di level 3.2%. Meski begitu, pelaku pasar tetap optimis jika The Fed tidak akan mengerek suku bunganya lagi.
2. BI: Utang Luar Negeri Indonesia Kuartal III-2023 Menurun
Bank Indonesia (BI) menginformasikan, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada kuartal III-2023 mengalami penurunan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Posisi ULN Indonesia pada akhir kuartal III-2023 tercatat sebesar US$393,7 miliar, turun dibandingkan dengan posisi ULN pada akhir kuartal II-2023 yang mencapai sebesar US$396,5 miliar.
Dengan turunnya Utang Luar Negeri Indonesia, pemerintah tetap berkomitmen dalam menjaga kredibilitas dengan cara memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu, serta mengelola ULN secara hati-hati, efisien, dan akuntabel.
Selain itu pemanfaatan ULN terus diarahkan untuk fokus mendukung pada upaya pemerintah dalam pembiayaan pada sektor produktif serta belanja prioritas.
3. BI Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi 2023 di Atas 5%
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2023 akan berada pada kisaran 4.5% sampai 5.3%. Pada Senin (13/11) pekan lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa kondisi ekonomi Indonesia tetap tumbuh baik dan memiliki daya tahan terhadap gejolak global.
Proyeksi tersebut tidak terlepas dari kondisi permintaan domestik sejalan dengan kenaikan gaji aparatur sipil negara, penyelenggaraan pemilu juga pembangunan IKN. Adapun kondisi inflasi selama tahun 2023 diperkirakan akan berada dalam kisaran sasaran BI yaitu 3.0±1%.
4. Wih! Rupiah di Awal Pekan Menguat
Nilai tukar rupiah dibuka berada di posisi Rp15.420 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Senin (20/11) pagi. Mata uang Rupiah menguat sebesar 72,5 poin atau 0.47% dari posisi sebelumnya.
Mayoritas mata uang di kawasan Asia pun juga bergerak di zona hijau. Tercatat, yen Jepang menguat sebesar 0.05%, ringgit Malaysia Sebesar 0.05%, yuan China 0.14%, dan dolar Hong Kong 0.01%.
Kemudian penguatan dari nilai pergerakan rupiah ditopang oleh bank sentral AS (The Fed) yang cenderung melonggarkan kebijakan moneternya dan berpotensi memperbesar adanya ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
5. Akhirnya, IHSG Sepekan Tumbuh di Atas 2%!
Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan lalu (13-17 November 2023) terbilang “cerah”, di mana IHSG sepanjang pekan lalu mengalami pertumbuhan hingga lebih dari 2% karena membaiknya sentimen pasar global.
Dalam sepekan lalu, mengalami pertumbuhan sebesar 2.47%, jauh lebih baik dari dua pekan sebelumnya yang menguat kurang dari 0,5%. Pada perdagangan Jumat (17/11), IHSG ditutup menguat 0.28% ke posisi 6.977,67.
IHSG juga berhasil menyentuh level psikologis 6.900 pada 18 Oktober 2023. Selama sepekan lalu, nilai transaksi IHSG mencapai Rp34,7 triliun. Kemudian, investor asing mencatatkan net buy mencapai Rp864,95 miliar di seluruh pasar.
Melunaknya sentimen negatif pada pasar global membuat IHSG perkasa pada sepekan dikarenakan dari tingkat inflasi Amerika yang mengalami penurunan (inflasi US saat ini: 3.2%).
6. Pertumbuhan Kinerja Obligasi Pekan Lalu
Indeks acuan obligasi Indonesia atau Indonesia Composite Bond Index (ICBI) terus mengalami penguatan pada penutupan perdagangan Jumat (17/11). Berdasarkan data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), ICBI ditutup naik sebesar 0.34% atau 1,25 poin ke level 368,65.
Jika dilihat pada pergerakan sepanjang bulan ini (month to date), pergerakan ICBI terpantau meningkat sebesar 2.18%. Secara tahun berjalan (year to date) hingga 17 November 2023, mengalami penguatan sebesar 6.92% dan secara tahunan (year on year) menguat 9.17%.
Berdasarkan informasi yang telah dirangkum oleh team SayaKaya, terdapat beberapa faktor positif yang menjadi pendukung dari pertumbuhan kinerja ekonomi di Indonesia.
Diantaranya yaitu turunnya tingkat inflasi di US yang berdampak positif pada pergerakan pasar saham dan juga obligasi di Indonesia, adanya proyeksi dari pertumbuhan Indonesia tahun 2023 di atas 5%, kemudian terjadinya penguatan nilai tukar rupiah yang dapat menarik minat para investor global untuk berinvestasi lebih banyak di Indonesia.
Dari beberapa faktor di atas sangat diperlukan sekali adanya tambahan dorongan dan dukungan dari pemerintah serta dari masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam jangka panjang. Salah satu caranya yaitu dengan berinvestasi.
Saat berinvestasi, kamu dapat berkontribusi dalam kelangsungan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Selain itu bila berinvestasi dari sekarang, kamu dapat mencapai tujuan finansialmu di masa depan. Kamu juga bisa memanfaatkan kondisi pasar yang sedang memberikan nilai investasi rendah atas adanya volatilitas pada pasar obligasi dalam menambah aset portofolio untuk jangka panjang.
Namun sebelum berinvestasi, ada baiknya tentukan dan miliki tujuan finansialnya terlebih dahulu serta sesuaikan dengan profil risiko investasimu.
Berikut akan ditampilkan beberapa produk reksa dana yang ada di aplikasi SayaKaya dan bisa juga jadi pertimbanganmu dalam berinvestasi. Disclaimer on ya!
Sumber data: pasardana.id
Data tersebut merupakan informasi pendukung secara statistik mengenai performa terbaik dari jenis reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana saham dalam seminggu terakhir.
Disclaimer: Berita di atas merupakan informasi terkait ekonomi dan bukan ajakan atau suruhan dalam membeli/menjual produk investasi tertentu. Keputusan beli/jual terhadap instrumen investasi sepenuhnya dipegang oleh investor itu sendiri.
Lihat Blog Lainnya
Yuk Kenalan sama Fashion Sustainability: Cara Stylish Sambil Jaga Bumi!
Halo teman Yamin! Di era modern, isu lingkungan menjadi perhatian utama, termasuk dalam industri fashion. Apakah kamu pernah mendengar istilah "fashion sustainability"? Kalau belum, yuk disimak bersama.
Baca SelengkapnyaTak Ada Alasan untuk Melewatkan Promo Gajian Bulan November Ini!
Jangan lewatkan kesempatan emas ini! Sambut bulan November dengan penuh kebahagiaan dan manfaatkan promo gajian spesial dari SayaKaya.
Baca SelengkapnyaMacroeconomics Update; seri 1
Happy Monday, teman-teman OKB! Bagaimana, apakah sempat menikmati konser Coldplay pekan lalu?
Baca Selengkapnya