IMF: Pertumbuhan Ekonomi ASEAN Bisa di Atas 4.5% - Market Outlook 11 September 2023
Halo Teman Yamin, pada kesempatan kali ini team SayaKaya telah merangkum dan memilah beberapa berita yang bisa bermanfaat dalam membuat keputusan investasi kamu agar lebih optimal. Mari kita ulas berita di bawah ini:
1. IMF: Pertumbuhan Ekonomi ASEAN Bisa di Atas 4.5%
Lembaga Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi ASEAN sebesar 4.6% pada 2023. Angka ini berada di atas ekspektasi pertumbuhan ekonomi secara global yang sebesar 3%.
Terdapat tiga (3) hal yang disarankan IMF kepada Negara-Negara ASEAN.
Pertama, Negara-Negara tersebut perlu menjaga stabilitas pergerakan makroekonomi dan kondisi keuangannya. Hal ini dilakukan supaya dapat meningkatkan optimisme dari masyarakat. Kedua, pemerintah harus berinvestasi dalam pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Semakin tingkat kualitas sumber daya manusianya meningkat, maka hal tersebut bisa berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi di Negara-Negara ASEAN. Ketiga, implementasikan investasi ekonomi hijau, yaitu kegiatan investasi yang mengedepankan aspek-aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik.
2. Fitch: Prospek Ekonomi RI Bisa Tumbuh 5%
Fitch menilai, ekonomi Indonesia diperkirakan bisa tumbuh 5% pada 2023 di tengah ketidakpastian ekonomi secara global. Selain itu, Fitch juga beranggapan pada masa pemilu 2024 diperkirakan aktivitas tersebut tidak memengaruhi kondisi investasi, bahkan kegiatan belanja pada masa pemilu dapat berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam enam (6) bulan ke depan.
Dalam jangka menengah, ekonomi Indonesia juga diyakini berpotensi memperoleh manfaat dari implementasi pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, termasuk pembangunan ibu kota baru, Nusantara.
Fitch memproyeksikan untuk ekonomi Indonesia dalam jangka menengah berpotensi tumbuh sebesar 5.2% pada 2024 dan 5% pada 2025.
3. Cadev Agustus 2023 Menurun, Berikut Penyebabnya
Bank Indonesia (BI) menginformasikan, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Agustus 2023 sebesar US$137,1 miliar. Angka ini turun dibandingkan dengan posisi pada akhir Juli 2023 sebesar US$137,7 miliar.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, penurunan posisi cadangan devisa tersebut disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah yang sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Ke depannya, BI memandang bahwa cadangan devisa akan tetap memadai. Hal itu didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang masih terjaga.
4. Mantab! Jumlah Investor di Indonesia Terus Meningkat
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat kenaikan jumlah investor pasar modal sepanjang 2023 (hingga 8 Agustus 2023) menjadi 11,46 juta investor. Nilai tersebut meningkat sebesar 11.2% secara year to date, atau mengalami kenaikan sebesar 0.42% bila dibandingkan dengan posisi Juli 2023 sebesar 11,42 juta.
Direktur Utama BEI Iman Rachman mengharapkan jumlah investor di pasar modal dapat terus bertambah dari jumlah saat ini yang sebanyak 11 juta investor.
Selain itu, Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Samsul Hidayat mengungkapkan, pada peningkatan jumlah investor tersebut cukup beragam, diantaranya investor pada reksa dana, saham dan surat berharga, hingga SBN.
5. IHSG Mengalami Pelemahan
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan lalu (4-8 September 2023) mengalami pelemahan. IHSG tercatat mengalami penurunan 0.76% selama sepekan.
Pada Jumat lalu (8/9), IHSG ditutup di level 6.924,780. Kapitalisasi pasar di bursa efek tercatat sebesar Rp10.234 triliun, mengalami penurunan sebesar 0.45% dari penutupan pekan sebelumnya yang sebesar Rp10.280 triliun.
Adapun terjadi penurunan pada rata-rata nilai transaksi harian bursa menjadi Rp9,97 triliun. Angka ini turun 9.10% dibanding rata-rata transaksi pekan sebelumnya sebesar Rp10,97 triliun. Selanjutnya, rata-rata frekuensi transaksi harian bursa mengalami penurunan 2.05% menjadi 1.121.707 kali transaksi selama sepekan (4-8 September 2023).
Menurut pandangan dari tim SayaKaya, sentimen penurunan market terjadi karena masih dibayang-bayangi oleh keputusan yang berasal dari antisipasi FOMC The Fed pada September 2023 dan diyakini akan menaikkan tingkat suku bunganya kembali dalam menekan inflasi hingga targetnya sebesar 2% (inflasi US saat ini sebesar 3.2%).
Namun pandangan secara jangka panjang, selama kondisi keuangan Indonesia masih terus terjaga, maka pertumbuhan investasi pun masih berpotensi terus mengalami kenaikan yang positif.
Hal ini menjadi kesempatan kamu untuk mempertimbangkan berinvestasi mulai dari sekarang melalui aplikasi SayaKaya dalam mencapai tujuan finansial di kemudian hari.
PERFORMA 3 REKSA DANA TERBAIK SAYAKAYA (1 MINGGU)
Lihat Blog Lainnya
Latte Factor, Sebuah Istilah yang Bisa Mengganggu Kondisi Keuangan Kita
Hallo teman Yamin! Kamu pernah merasa heran gak, kenapa uang mu seringkali selalu “menghilang” begitu cepat? Sebagian besar dari kita pernah berada dalam situasi ini, di mana gaji bulanan selalu tampak kurang cukup, meskipun telah berusaha keras untuk menghemat.
Baca SelengkapnyaKulik Reksa Dana: Sucorinvest Sharia Balanced Fund
Hallo teman Yamin! Pada penasaran gak sih soal performa produk-produk reksa dana yang ada di aplikasi SayaKaya? Kali ini kita akan mengulik salah satu performa reksa dana dari Manajer Investasi Sucorinvest Asset Management.
Baca SelengkapnyaInflasi Bulan Agustus 2023 Naik - Market Outlook 4 September 2023
Hallo teman Yamin, kali ini kami ingin menginformasikan berita-berita yang dapat disajikan dan bermanfaat untuk menambah referensi kita dalam hal ekonomi. Berikut merupakan market outlook tersebut:
Baca Selengkapnya