Investing through the Macroeconomic and Sectoral Perspective
Top-down analysis merupakan pendekatan investasi yang dimulai dari analisis makroekonomi, lalu diikuti dengan analisis sektoral dan pemilihan saham dalam sektor tersebut. Pada titik tengahnya, kita sebagai investor cukup terbantu oleh BEI yang membentuk indeks sektoral IDX Industrial Classification atau IDX-IC, yang berperan untuk mengklasifikasikan perusahaan tercatat berdasarkan eksposur pasarnya. Indeks sektoral berbeda dengan indeks seperti IHSG, LQ45, dan IDX30 yang cukup umum dikenal oleh pelaku pasar dan sering digunakan sebagai strategi indexing serta indeks acuan kinerja. Indeks sektoral dapat memberikan informasi bagi investor mengenai pandangan pelaku pasar terhadap perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam sektor yang sama, juga dapat memberikan informasi yang lebih mendalam. Apabila dibandingkan, indeks seperti IHSG sangat luas, dan IDX30 sangat spesifik terhadap kriteria tertentu. Sehingga, tolak ukur pertumbuhan sektor dapat dikaji berdasarkan pergerakan dari indeks sektoral.
Sebanyak 11 sektor pada IDX-IC yang telah diluncurkan sejak awal tahun 2021, menggantikan pengelompokkan sektoral sebelumnya yang disebut sebagai JASICA (Jakarta Stock Industrial Classification). Lalu, bagaimanakah kinerjanya?
Source: SayaKaya Research, Bloomberg. Yearly Performance.
Pada tahun 2021, terdapat 3 dari 11 sektor yang mencatatkan pelemahan secara full year, yaitu sektor Basic Materials, Non-Cyclicals, dan Properties & Real Estate. Dari 8 sektor lainnya yang menunjukkan penguatan, setengahnya merupakan indeks yang mencatatkan pertumbuhan, namun masih belum mengalahkan penguatan IHSG sebesar 10,1%. Fantastisnya, di antara 4 sektor yang outperform IHSG, sektor Technology menjadi primadona di antara indeks lainnya yang mencatatkan pertumbuhan hingga 380,14%! Dengan kata lain, investasi kita dari awal tahun 2021 selama setahun dapat berlipat ganda hampir 4 kali lipat, lho! Tentunya, ini sangat luar biasa. Apabila kita berinvestasi di saham yang menjadi konstituen indeks Technology, besar kemungkinan kita dapat mendapatkan pertumbuhan yang lebih besar lagi.
Bagaimanakah kinerja indeks sektoral pada tahun 2022? Secara umum, 6 dari 11 sektor mencatatkan pelemahan secara full year, termasuk Basic Materials dan Properties & Real Estates yang berlanjut melemah. Sedangkan, Consumer Cyclicals, Financials, Infrastructures, dan Technology berbalik arah ke zona merah. Sayangnya, indeks Technology tidak lagi bersinar di tahun 2022, bahkan mengalami penurunan YoY sebesar ‑42,61%. Ini berarti bahwa hampir setengah dari nominal yang kita investasikan pada awal tahun menghilang. Tentu saja, penurunan nilai investasi yang lebih dalam juga bisa kita alami apabila kita berinvestasi pada saham yang menjadi konstituen di sektor Technology. Turnaround story, sektor Non-Cyclicals berhasil keluar dari zona merah dan berakhir di zona hijau. Di antara 5 indeks yang mencatatkan penguatan, 4 di antaranya mencatatkan performa di atas IHSG sebesar 4,09% YoY. Sebagai investor, bagaimanakah kita mengkaji pergerakan indeks sektoral ini?
Sebenarnya, indeks sektoral ini sangat berguna karena kita dapat mengkaji prospek dari perusahaan terbuka berdasarkan sektornya. Pandangan para pelaku pasar tersebut tercermin dari pergerakan harga saham yang menjadi konstituen masing-masing indeks sektoral. Selain itu, investor juga dapat mengetahui lebih dalam karakteristik mengenai sektor tertentu karena pengelompokkan setiap perusahaan didasari dari model bisnisnya. Indeks sektoral dapat membantu investor dalam menganalisis secara top-down dan dapat mengetahui pada kondisi ekonomi tertentu, sektor manakah yang layak untuk diinvestasikan dan diekspektasikan dapat memberikan imbal hasil lebih tinggi dibandingkan kinerja pasar saham secara umum, alias outperforming market. Termasuk juga, investor dapat menghindari sektor yang belum diuntungkan dengan kondisi ekonomi tertentu. Sehingga, kinerja dan pemilihan indeks sektoral sangat sensitif terhadap analisis makroekonomi.
Satu insight yang bisa saya berikan kepada para investor adalah pentingnya untuk stay aware dengan kondisi perekonomian ketika berinvestasi, salah satunya dari pandangan sektoral. Sebagai contoh, pada tahun 2021, indeks Technology mengalami pertumbuhan yang signifikan, namun mulai mengalami penurunan karena kenaikan suku bunga untuk melawan inflasi menekan pertumbuhan sektor tersebut. Contoh selanjutnya, perang RUS-UKR yang meletus di kuartal 1 bulan 2022 secara sekejap mendorong pertumbuhan dari harga komoditas secara masif, dan menguntungkan bagi saham-saham energi. Padahal, setahun sebelumnya indeks Energy telah memberikan return yang sangat menarik, dan ternyata pertumbuhan itu tetap berlanjut. Tentu saja, tidak ada kepastian apakah pergerakan indeks sektoral tersebut dapat berlanjut ataupun berbalik arah di tahun 2023 ini. Di tengah kondisi perekonomian yang masih belum stabil sejak tahun 2022, faktor makroekonomi berbagai negara maju dan berkembang masih bersifat dinamis dan beberapa negara saling mempengaruhi perekonomian negara lainnya. Sehingga, penting bagi investor agar tetap update agar dapat membentuk keputusan investasi yang sesuai dengan kondisi saat ini.
Happy investing and stay updated!
Lihat Blog Lainnya
Market Research 30 Desember 2022: Mixed Economy Condition
Potensi pencabutan PPKM di Indonesia menjadi katalis positif untuk perekonomian Indonesia. Bersamaan dengan tahun politik dan insentif akhir tahun, konsumsi domestik yang menyumbang hingga 50% dari GDP Indonesia diperkirakan meningkat dan mendorong penerimaan PPN dalam negeri. Namun, ini dapat memicu inflasi pada jangka pendek. Bank Indonesia pun merespon kebijakan Fed dengan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps untuk menjaga potensi pertumbuhan dan likuiditas ekonomi. Selain itu, kenaikan yang lebih kecil bertujuan untuk menciptakan keleluasaan dalam merespon potensi agresivitas kenaikan suku bunga oleh Fed. Terlepas dari kenaikan suku bunga, KPR dan KKB masih bertumbuh dengan meningkatnya permintaan dan pendapatan masyarakat. Menutupi tahun 2022, berikut merupakan market updates domestik dan global:
Baca SelengkapnyaA December to Remember
Akhir tahun selalu menjadi kenangan tersendiri, termasuk bagi saya. Karena mendekati akhir tahun, pusat perbelanjaan dihiasi dengan dekorasi natal dan tahun baru, menyambut semangat dan lembaran baru. Tidak hanya masyarakat Indonesia, seluruh negara juga bersama-sama merayakan suasana natal. Anak-anak sedang menunggu kedatangan kado spesial yang dibawakan oleh santa claus. Sayangnya, dia tidak memberikan hadiah bagi anak-anak yang nakal (naughty list).
Baca SelengkapnyaMarket Research 23 Desember 2022: Window Dressing?
Sepanjang Desember, asing telah menjual IDR 15,48 triliun di pasar saham, sehingga menekan potensi terjadinya Window Dressing serta menjadi bulan Desember pertama dengan return yang negatif. Hal ini mendorong beragam manajer investasi untuk mengoleksi saham yang sedang menurun, serta berinvestasi pada obligasi mengingat adanya potensi lanjutan kenaikan suku bunga serta diversifikasi. Di AS, manajer investasi melakukan rebalancing senilai USD 100 miliar dari saham ke obligasi. Pada minggu ketiga di bulan Desember, berikut market updates dari domestik dan global:
Baca Selengkapnya