A December to Remember
Akhir tahun selalu menjadi kenangan tersendiri, termasuk bagi saya. Karena mendekati akhir tahun, pusat perbelanjaan dihiasi dengan dekorasi natal dan tahun baru, menyambut semangat dan lembaran baru. Tidak hanya masyarakat Indonesia, seluruh negara juga bersama-sama merayakan suasana natal. Anak-anak sedang menunggu kedatangan kado spesial yang dibawakan oleh santa claus. Sayangnya, dia tidak memberikan hadiah bagi anak-anak yang nakal (naughty list).
Hal yang unik adalah, investor baik retail maupun institusi, fund manager****, dan pelaku pasar lainnya juga selalu menunggu kedatangan santa claus di pasar modal, serta mempercantik portofolionya. Kondisi ini lebih dikenal sebagai Santa Claus Rally dan Window Dressing****. Santa Claus Rally merupakan kondisi adanya kenaikan harga saham di pertengahan atau akhir Desember hingga awal Januari. Terkadang, pasca Santa Claus Rally diikuti dengan pasar yang cenderung sideways, yaitu kondisi dimana dorongan bullish dan bearish saling memengaruhi sehingga harga saham tidak bergerak secara signifikan (stagnan).
Terdapat beberapa penjelasan yang mendorong terjadinya Santa Claus Rally. Memasuki musim liburan, para investor retail mendapatkan bonus akhir tahun dan secara umum merasa optimis, sehingga melakukan investasi. Dengan investor institusional yang cenderung menikmati liburan di akhir tahun, maka pergerakan bursa lebih mencerminkan optimisme/pesimisme dari investor retail. Ada juga pandangan bahwa Santa Claus Rally terjadi sebagai langkah untuk menghadapi January Effect. January Effect adalah kenaikan harga saham memasuki bulan Januari setelah adanya penurunan harga saham, yang disebabkan oleh penjualan investor sebagai langkah tax-loss harvesting (untuk mengurangi pajak yang dikenakan pada capital gain).
Berbeda dengan Santa Claus Rally, Window Dressing merupakan aksi fund managers yang menjual saham-saham dengan performa yang kurang baik, serta membeli saham-saham yang memberikan nilai tambah bagi portofolio, biasanya saham-saham blue chip. Nantinya, aksi ini dapat mempercantik tampilan performa dari portofolio kelolaan fund manager agar menarik bagi investor. Baik Santa Claus Rally dan Window Dressing merupakan peristiwa yang dikenal sebagai calendar effect, yaitu anomali pada pasar atau ekonomi yang terjadi pada tanggal-tanggal kalender tertentu.
Lalu, apakah kedua kondisi ini selalu terjadi mendekati akhir tahun? Mari kita simak performa dari IHSG selama bulan Desember sejak tahun 2001 hingga tahun 2021.
Source: SayaKaya Research, Pasardana. December Monthly Performance
Secara historikal, ternyata kedua kondisi ini ‘dapat dikatakan’ terbukti di pasar saham Indonesia. Berdasarkan performa selama 21 tahun terakhir, IHSG selalu mencetak performa yang positif di bulan Desember. Return terendah sebesar 0,42% dihasilkan di tahun 2013, sedangkan performa terbaik ada di tahun 2003 dengan return sebesar 12,12%. Pada tahun pandemi pun, IHSG menghasilkan performa yang fantastis, padahal pada kuartal 1 tahun 2020 IHSG mengalami penurunan yang cukup signifikan. Sedangkan, tahun 2021 hanya memberikan return sebesar 0,73%. Walaupun performa yang dihasilkan cukup bervariasi, IHSG mampu mempertahankan rekor hijau selama 21 tahun.
Source: SayaKaya Research, Pasardana. December Monthly Performance
Apabila dibandingkan dengan indeks saham di negara lain, Indonesia menjadi negara terbaik yang memberikan performa positif di bulan Desember secara konsisten sejak tahun 2010 hingga 2021. Sedangkan, indeks lainnya secara bersamaan terkadang mencatatkan performa negatif, seperti pada tahun 2014 dan 2015 bagi S&P 500, DJIA, Nikkei 225, STOXX50E, Hangseng, dan KOSPI. Seminimal mungkin, setidaknya terdapat tiga bulan yang mencatatkan performa negatif bagi indeks lainnya selain IHSG selama 11 tahun terakhir.
Memasuki bulan Desember di tahun 2022, seluruh pelaku pasar pun bertanya-tanya apakah para fund managers akan menghias portofolionya, dan apakah santa claus akan membawakan hadiah kepada pasar modal di Indonesia dan pasar saham negara lainnya. Lalu, bagaimanakah performa pada seluruh indeks tersebut?
Source: SayaKaya Research, Pasardana.
Pada performa indeks di bulan ini dan dibandingkan secara historikal, terdapat insight yang bisa saya bagikan kepada investor. **Santa Claus Rally dan Window Dressing, walaupun peluang terjadinya cukup besar dan umum bagi pelaku pasar, sedang mengalami tekanan karena terdapat beberapa faktor yang lebih signifikan dalam mempengaruhi pergerakan indeks saham sebagai** leading indicator****. Tahun 2022 menjadi tahun yang cukup sulit dalam berinvestasi karena banyaknya sentimen negatif yang mendorong kondisi ekonomi tidak menentu. Kenaikan suku bunga di berbagai negara yang bertujuan untuk menekan tingkat inflasi, ketegangan RUS-UKR yang mempengaruhi geopolitik secara global, dan kebijakan COVID-19 yang ketat di China yang saat ini sudah relatif lebih renggang. Terlebih lagi, tingginya peluang terjadinya resesi di negara besar pada waktu mendatang dapat mempengaruhi perekonomian global juga, sehingga semakin mendorong fund managers untuk lebih berhati-hati dalam berinvestasi dan menyimpan kas dalam jumlah yang cukup besar (full article). Di Indonesia sendiri, volume perdagangan juga cukup sepi, sehingga pergerakan IHSG cukup lemah dan sulit untuk meningkat.
A December to Remember, judul yang menurut saya cukup menarik karena kita semua mengantisipasi suatu hadiah pada suasana natal dan tahun baru ini, hadiah yang sama walaupun telah kita terima sejak 21 tahun lalu. Nyatanya, Desember kali ini menjadi Desember pertama yang berbeda, dan akan kita ingat seterusnya. Semoga di tahun baru ini, perekonomian global semakin membaik dan kita juga menjadi investor yang lebih handal.
Merry Christmas and Happy New Year, investors!
Lihat Blog Lainnya
Market Research 23 Desember 2022: Window Dressing?
Sepanjang Desember, asing telah menjual IDR 15,48 triliun di pasar saham, sehingga menekan potensi terjadinya Window Dressing serta menjadi bulan Desember pertama dengan return yang negatif. Hal ini mendorong beragam manajer investasi untuk mengoleksi saham yang sedang menurun, serta berinvestasi pada obligasi mengingat adanya potensi lanjutan kenaikan suku bunga serta diversifikasi. Di AS, manajer investasi melakukan rebalancing senilai USD 100 miliar dari saham ke obligasi. Pada minggu ketiga di bulan Desember, berikut market updates dari domestik dan global:
Baca SelengkapnyaHow much is too much?
Ketertarikan saya terhadap sepak bola sebenarnya cukup netral, namun ketika final Argentina melawan Prancis, saya tidak bisa tidur nyenyak pada malam itu karena mengetahui Messi dan Mbappé–dua pemain sakti yang juga satu klub–akan bertarung memperebutkan piala emas bergengsi tinggi. Dua gol pertama dicetak oleh Argentina, pikir saya, “Harusnya mudah bagi Argentina atau Messi untuk mencetak skor ketiganya?”. Pasti semua fans Argentina merasa kemenangan sudah di tangan para fans. Hingga… keadaan berbalik menjadi seimbang. Bayangkan, Mbappé melakukan gol dua kali dalam waktu kurang dari 1 menit! Dunia pasti terkejut, kedua fans pun pasti deg-degan. Pikir saya, harusnya mudah bagi Argentina mengamankan posisinya dengan gol ketiga setelah mencetak dua gol secara beruntun. Namun, diluar dugaan, saya baru disadarkan kembali oleh kemampuan Mbappé yang lihai, patut menjadi salah satu pemain termahal di dunia. Saya pun berpikir kembali, seharusnya mudah bagi Prancis atau Mbappé untuk mencetak skor ketiga. Ternyata, pertandingan dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu. Gol ketiga akhirnya dicetak oleh Messi. Wah, fans Argentina pasti bisa tidur nyenyak malam ini. Tiba-tiba, Mbappé menunjukkan kepiawaiannya lagi, menyeimbangkan skor Prancis dengan Argentina. Wah, walaupun sudah mencetak gol secara beruntun dan berkali-kali, tidak mudah juga rupanya bagi mereka yang sudah lama bertarung di lapangan hijau untuk menjaga konsistensi tersebut.
Baca SelengkapnyaESG Investing: Gain From Sustainability
Strategi investasi berbasis ESG atau impact investing menjadi tren yang berkembang secara signifikan. Keberlanjutan dan ekonomi hijau menjadi kesadaran bagi para pelaku usaha dan pasar modal, baik secara domestik maupun global. Seiring berkembangnya jumlah investor, maka investasi berbasis keberlanjutan juga semakin umum diterapkan oleh retail maupun fund managers. Lalu, apa yang menjadikan ESG sebagai salah satu faktor dalam berinvestasi?
Baca Selengkapnya