Market Research 20 Desember 2022: Worst is yet to come
Imbas penurunan harga akibat panic selling dan risk-off sentiment pada negara berkembang, peta kapitalisasi pasar di Indonesia berubah, sehingga emiten big caps penggerak indeks menjadi menarik, terutama sektor energi dan pertambangan yang menjalankan berbagai aksi ekspansif. Untuk mendukung daya tahan ekonomi dan mendorong tingkat permintaan, Indonesia dinilai membutuhkan normalisasi fiskal, sedangkan saat ini AS mengalami defisit anggaran yang lebih besar. Pada minggu ketiga di bulan Desember 2022, berikut merupakan market updates secara domestik maupun global:
Serapan tenaga kerja diproyeksikan menurun akibat kapasitas produksi dan profit perusahaan yang menurun, serta upah minimum yang mengalami kenaikan. Belanja masyarakat juga masih dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM.
Bank akan menaikkan suku bunga KPR sesuai dengan likuiditas dan appetite-nya. Semakin tinggi likuiditasnya, maka semakin rendah kenaikannya dan membutuhkan waktu penyesuaian lebih lama.
Dengan berakhirnya burden sharing pada tahun 2023, BI dan APBN dapat berperan sesuai tugasnya, namun tetap bekerja sama agar BI tidak menaikkan suku bunga seagresif negara lainnya.
Penyesuaian dari bunga simpanan valas dapat menarik likuiditas valas dan devisa hasil ekspor Indonesia.
Pasar obligasi Indonesia dinilai menarik dengan potensi menurunnya inflasi dan stagnannya suku bunga. Porsi asing pada SBN Indonesia mulai mengalami kenaikan akibat penurunan yield obligasi AS dan indeks dollar AS.
Walaupun ekonomi China mulai berjalan kembali, relaksasi aturan zero-covid dapat menimbulkan risiko wabah yang lebih besar. Terlebih lagi, kota besar seperti Beijing dan Shanghai tidak memiliki jumlah bed yang sebanding dengan populasinya yang besar.
Pemerintah China memberlakukan kebijakan yang mendorong permintaan dan penawaran pada sektor properti karena sektor properti mendorong pertumbuhan sektor lainnya. Selain itu, China juga merilis obligasi (special sovereign bonds) senilai US$ 108 miliar untuk mendukung pembangunan ekonomi dan sosial (diperkirakan ini merupakan rollover obligasi yang akan jatuh tempo).
Bank sentral India menaikkan suku bunga sebesar 35 bps (kelima kalinya pada tahun ini). Di Inggris, tingkat inflasi mengalami penurunan ke 10,7%, lebih rendah dibandingkan konsensus sebesar 10,9%.
Tingkat inflasi AS meningkat 0,1% MoM (ekspektasi 0,3%) dan 7,1% YoY (Oktober sebesar 7,7%). Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 bps menjadi 4,25%-4,5%, sesuai ekspektasi pasar dan ini merupakan level tertinggi selama 15 tahun terakhir. Namun, Jerome Powell menegaskan bahwa wacana easing up terlalu cepat untuk dibicarakan saat ini karena inflasimasih jauh lebih tinggi dibandingkan target sebesar 2%, dan pivoting dapat menyebabkan konsekuensi negatif yang signifikan.
Lihat Blog Lainnya
In a Blink of an Eye...
Source: Pasardana, JCI measured from Jan-2020 to Dec-2022
Baca SelengkapnyaAlternatif Investasi: Mengenal IDX30 Futures dan Cara Kerjanya
Recap of Structured Product Day — Pasar Naik Turun Tetap Cuan Dengan IDX30 Futures
Baca Selengkapnya